Makalah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit dan Pendapatan Obligasi pada Perusahaan Perbankan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Investasi dalam surat utang (obligasi) lebih dipilih oleh investor dengan alasan bahwa obligasi menawarkan tingkat pengembalian yang positif dengan pendapatan tetap sehingga obligasi lebih memberikan jaminan dari pada saham. Investor memilih obligasidengan pertimbangan peringkat obligasi dan pendapatan obligasi (dinyatakan dalam yield). Yield obligasi merupakan hasil yang diperoleh investor jika investor menginvestasikan pada obligasi.
Investor yang memiliki obligasi adalah pemilik yang akan mendelegasikan kewenangan pada manajer untuk mengelola kekayaan investor. Tata kelola perusahaan timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan kepada pihak investor bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien dan memberikan kepastian bahwa manajemen bertindak yang terbaik demi kepentingan perusahaan.
Investor memilikiobligasi juga memperhatikan risiko. Risiko dalam obligasi disebut dengan risiko kredit. Obligasi di Indonesia merupakan alternatif bagi perusahaan yang membutuhkan sumber pendanaan. Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatan waktu pembayaran pokok dan bunga utang obligasi, selain itu peringkat obligasi mencerminkan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Dengan demikian peringkat obligasi menunjukkan skala keamanan obligasi dalam membayar kewajiban pokok dan bunga secara tepat waktu. Semakin tinggi peringkat obligasi semakin terhindar dari risiko kredit.
Berhubungan dengan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
” FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO KREDIT DAN PENDAPATAN
OBLIGASI PADA PERUSAHAAN PERBANKAN ( STUDI KASUS PADA SELURUH PERUSAHAAN PENERBIT OBLIGASI YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2012)”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi risiko kredit ?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pendapatan obligasi ?
3. Bagaimana pengaruh risiko kredit terhadap yield obligasi ?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi risiko kredit dan pendapatan obligasi serta bagaimana pengaruh risiko kredit terhadap yield obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Untuk penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kredit dan pendapatan obligasi dan pengaruh risiko kredit terhadap pendapatan obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk akademisi, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko kredit dan pendapatan obligasi serta pengaruh risiko kredit terhadap pendapatan obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk perusahaan, diharapkan dapat memberi masukan kepada perusahaan tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko kredit dan obligasi serta pengaruh risiko kredit terhadap pendapatan obligasi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Risiko Kredit
2.1.1.Pengertian Kredit
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya istilah kredit, yang diartikan penundaan pembayaran oleh pihak yang menerima barang atau uang kepada pihak yang memberikannya dengan perjanjian tertentu. Istilah kredit sebenarnya berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti kepercayaan atau “credo” yang artinya saya percaya. Bila seseorang memperoleh kredit, berarti dia telah memperoleh kepercayaan. Kegiatan orang perorang atau badan usaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya dengan cara pinjam meminjam dinamakan Kredit.Transaksi kredit timbul karena suatu pihak meminjam sejumlah uang atau sesuatu yang dipersamakan dengan itu, di mana pihak peminjam wajib melunasi kredit/ hutangnya pada waktu yang telah ditentukan. Disamping itu kredit pun timbul sebagai akibat adanya transaksi jual beli, dimana pembayarannya ditangguhkan, baik sebagian maupun seluruhnya.
Pengertian kredit menurut UU Perbankan No.7 tahun 1992 :“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara suatu perusahaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah uang, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Pengertian kredit menurut Eric L. Kohler (1964;154) :“Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati”.
Pengertian kredit menurut Teguh Pudjo Muljono (1989;45).
Pengertian kredit menurut Teguh Pudjo Muljono (1989;45).
2.1.2.Pengertian Resiko Kredit
Salah satu resiko usaha yang membutuhkan pengelolaan yang serius adalah resiko kredit. Resiko kredit atau credit risk yaitu risiko yang timbul dalam hal debitur gagal memenuhi kewajiban untuk membayar angsuran pokok ataupun bunga sebagaimana telah disepakati dalam perjanjian kredit; di samping risiko suku bunga, risiko kredit merupakan salah satu risiko utama dalam pelaksanaan pemberian kredit bank dan hal ini juga akan berpengaruh terhadap kolektibilitas kredit.
2.1.3.Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko kredit
Faktor resiko kredit mencakup berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan peminjam untuk membayar kembali pinjaman secara penuh serta sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi Bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah (Non Performance Loan / NPL). Dimana sebagai hasil dari faktor-faktor ini, sebenarnya kerugian menuju akhir proses pemulihan masalah utang juga dapat memepengaruhi kecukupan modala Bank.
2.1.3.1. Lingkungan kredit
Lingkungan kredit yang kurang memadai akan mengakibatkan semakin tingginya resiko kredit yang ditanggung oleh bank tersebut, misalnya semakin tinggi suku bunga yang diterapkan suatu bank terhadap kredit yang diberikan maka akan semakin tinggi tingkat resiko yang dihadapi dengan kata lain akan semakin tinggi tingkat counterparty dari nasabah bank tersebut.
Dalam lingkungan kredit ini, itikad baik serta kemampuan pegawai/pejabat bank sangat mempengaruhi resiko kredit yang dihadapi oleh suatu bank dimana jika pegawai/pejabat suatu bank tidak memiliki itikad baik atau tidak memiliki kemampuan dalam menanggulangi permasalah perkreditan maka tingkat resiko kredit yang dihadapi bank tersebut akan semakin besar dan begitu pula sebaliknya.
2.1.3.2. Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit
Dalam hal kebijakan dan prosedur pemberian kredit terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi resiko kredit yaitu:
1. Perencanaan Kredit, jika suatu kredit yang akan diberikan telah direncanakan dengan baik, maka resiko kredit yang akan dihadapi bank akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya.
2. Pengkajian ulang kredit, tujuan dari pengkajian ini adalah untuk mengetahui kredit-kredit yang bermasalah kemudian dicari permasalahannya untuk menemukan solusi atas kredit tersebut. Jika hal ini dilakukan secara berkala maka bank akan dapat menguragi tingkat kredit macet yang mungkin akan terjadi.
3. Pengadministrasian file kredit, buruknya pengadministrasian file kredit pada suatu bank akan menyebabkan bank kesulitan untuk mengetahui secara dini terhadap kredit-kredit yang bermasalah, sehingga tingkat resiko kredit yang dihadapi oleh bank tersebut akan semakin tinggi dan begitu juga sebaliknya.
2.1.3.3. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan sangat berpengaruh terhadap tingkat resiko kredit yang dihadapi oleh bank, dimana dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan yang menjadi nasabah debitur. Dengan menurunnya tingkat pendapatan tersebut akan menyebabkan nasabah tidak akan mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan bank.
2.2. Yield Obligasi
2.2.1. Pengertian Obligasi
Husaini dan Saiful (2003) menyatakan bahwa obligasi merupakan sertifikat bukti hutang yang dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas atau institusi tertentu baik pemerintah maupun lembaga lainnya dalam rangka mendapatkan dana atau modal, diperdagangkan di masyarakat, penerbitnya setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali pokoknya pada saat jatuh tempo.
Obligasi merupakan surat utang yang dikeluarkan oleh emiten (dapat berupa badan hukum/perusahaan atau pemerintah) yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasi maupun ekspansi mereka. Investasi pada obligasi memiliki potensial keuntungan lebih besar daripada produk perbankan. Keuntungan berinvestasi di obligasi adalah memperoleh bunga dan kemungkinan adanya capital gain. Secara umum dapat juga diartikan obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nominal dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN atau pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar modal saat ini adalah obligasi kupon (coupon bond) dengan tingkat bunga tetap selama masa berlaku obligasi (Jusmaliani, 2008).
2.2.2. Pengertian Yield Obligasi
Setiap investasi yang dilakukan tentunya harus diukur tingkat pengembaliannya (return), begitu pula dengan obligasi. Tingkat pengembalian diukur dari sumber-sumber pendapatan yang mendasari suatu obligasi. Suatu sumber utama dari obligasi adalah bunga (Ang, 1997). Pendapatan atau imbal hasil (return) yang akan diperoleh dari investasi obligasi dinyatakan sebagai yield, yaitu hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor harus mempertimbangkan besarnya yield obligasi, sehingga diketahui adanya yield yang diharapkan oleh investor. Sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian tahunan yang akan diterima.
Untuk mengetahui nilai dari sebuah obligasi pada saat titik waktu tertentu, investor perlu mengetahui jumlah periode yang masih tersisa hingga jatuh tempo, nilai nominal, kupon dan tingkat bunga pasar untuk obligasi dengan karakteristik yang serupa. Tingkat bunga yang diminta pasar atas suatu obligasi disebut yield to maturity (YTM). Untuk singkatnya, tingkat bunga ini terkadang cukup disebut sebagai imbal hasil (yield) obligasi saja (Ross, dkk, 2009).
Samsul (2006) menjelaskan bahwa yield adalah keuntungan atas investasi obligasi yang dinyatakan dalam persentase. Keuntungan atas investasi dapat berupa kupon yang diterima maupun selisih kurs obligasi. Secara khusus semakin tinggi tingkat hasil hingga jatuh tempo (YTM), semakin rendah tingkat perubahan harga. Untuk besar perubahan yield yang sama, pada tingkat hasil yang rendah menyebabkan perubahan harga yang lebih besar dibandingkan pada tingkat hasil yang tinggi. Dengan kata lain untuk perubahan hasil tertentu, perubahan tingkat harga akan lebih besar pada yield yang rendah dibanding pada yield yang tinggi (Asrori dan Kusuma, 2005).
Imbal hasil (yield) obligasi dihitung dengan asumsi bahwa seluruh pembayaran yang dijanjikan akan dipenuhi. Sebagai akibatnya, ini merupakan imbal hasil yang dijanjikan, dan mungkin tidak menjadi apa yang akan diterima. Khususnya, apabila emiten gagal bayar, imbal hasil aktual akan lebih rendah (Ross, dkk, 2005).
2.2.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi yield obligasi
2.2.3.1. Tingkat Suku Bunga (Interest Rate)
Tingkat bunga mengakibatkan keseimbangan antara jumlah tabungan dan investasi. Apabila tingkat bunga meningkat maka jumlah tabungan juga akan meningkat. Hal ini sangat rasional karena bunga digunakan sebagai suatu daya tarik agar individu yang kelebihan dana akan menabung. Sebaliknya apabila tingkat bunga meningkat, maka jumlah permintaan investasi akan menurun. Begitu pun dalam investasi obligasi, investor harus mempertimbangkan besar kecilnya tingkat suku bunga pasar. Karena tingkat suku bunga sangat berpengaruh terhadap imbal hasil (yield) obligasi yang akan diterima.
Mohamad Samsul (2006) mengemukakan bahwa investasi dalam deposito atau SBI akan menghasilkan bunga bebas resiko tanpa memikirkan pengelolaannya. Sementara investasi dalam obligasi mengandung resiko sepertikegagalan penerimaan kupon atau gagal pelunasan dan kerugian karena kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi di tempat lain (opportunity cost). Oleh karena itu, yield obligasi yang diperoleh harus lebih tinggi daripadatingkat deposito atau SBI.
Hal penting pertama yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan portofolio obligasi adalah karakteristik pasar obligasi itu sendiri. Pasar obligasi umumnya akan menarik bila kondisi ekonomi cenderung menurun. Dalam pertumbuhan ekonomi yang lambat, tingkat bunga akan cenderung turun dan harga obligasi akan naik. Penurunan pertumbuhan ekonomi juga akan menyebabkan berkurangnya kesempatan investasi sehingga akan meningkatkan permintaan obligasi. Hal itu akan menyebabkan harga obligasi naik dan yield obligasi turun.Tingkah laku harga suatu obligasi sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga pasar. Jika suku bunga pasar naik, maka harga pasar obligasi akan turun,dan ini menyebabkan yield obligasi mengalami peningkatan. Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga pasar turun maka harga pasar obligasi akan naik dan yieldmenjadi turun. Suku bunga pasar inilah yang selalu memicu ketidakstabilan (volatility) harga suatu obligasi (Ang, 1997).
2.2.3.2. Tingkat Inflasi (Inflation Rate)
Samuelson dan Nordhaus (2001) mengatakan bahwa tingkat inflasi merupakan meningkatnya arah harga secara umum yang berlaku dalam suatu perekonomian. Pada hakekatnya inflasi adalah naiknya harga barang-barang pokok secara terus menerus dalam suatu periode waktu. Terkadang inflasi dapat menguntungkan dan dapat merugikan juga. Akibat yang paling dominan adalah meningkatnya biaya produksi dalam perusahaan dan menyebabkan menurunnya kinerja perusahaan, inilah mengapa para pelaku pasar kurang menyukai tingginya tingkat inflasi.
Bagi para investor konservatif yang lebih menyukai pendapatan tetap, mereka perlu mempertimbangkan resiko yang berkaitan dengan tingkat inflasi. Seperti diketahui bahwa resiko inflasi ini akan menyebabkan penurunan nilai riil uang atau pendapatan. Dalam konteks investasi obligasi, adanya kenaikan inflasi akan menyebabkan penurunan nilai riil pendapatan bunga yang diperoleh investor selama umur obligasi. Disamping itu, tingkat inflasi yang juga terjadi akan sangat terkait dengan tingkat bunga. Dalam kondisi ekonomi yang mengalami peningkatan inflasi, suku bunga akan cenderung mengalami peningkatan. Tingkat inflasi nantinya akan mempengaruhi tingkat bunga pasar dan selanjutnya tingkat bunga tersebut akan mempengaruhi tingkat harga dan yieldobligasi. Jika investor mengestimasikan adanya kenaikan inflasi maka investor akan meminta kompensasi yang lebih besar karena adanya penurunan nilai riil aliran kas yang diperoleh dari obligasi. Oleh karena itu pada kondisi dimana inflasi diestimasikan naik, harga obligasi akan turun tetapi yieldnya akan meningkat.
2.2.3.3. Peringkat Obligasi (Bond Rating)
Peringkat (rating) obligasi merupakan indikator penting dalam membeli obligasi, terutama obligasi korporasi, atau obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Perusahaan sering kali membayar untuk mendapatkan peringkat utangnya. Peringkat utang adalah penilaian tentang kelayakan kredit perusahaan emiten. Definisi kelayakan kredit yang digunakan didasarkan pada seberapa besar kemungkinan perusahaan akan gagal bayar dan perlindungan yang dimiliki
kreditur jika terjadi gagal bayar (Ross et. al, 2008). Peringkat (rating) yang diberikan oleh rating agency akan menyatakan apakah obligasi tersebut berada pada peringkat Investment Grade atau Noninvestment Grade. Suatu obligasi yang memperoleh rating Non-investment grademaka obligasi tersebut disebut dengan istilah Junk bond. Sedangkan suatu obligasi yang sebelumnya termasuk investment grade tetapi setelah ditinjau kembali dan peringkatnya turun menjadi Non investment grade. Proses pemeringkatan berguna untuk menilai kinerja perusahaan dari berbagai faktor yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan keuangan suatu perusahaan. Pada gilirannya, pembuat peringkat obligasi tersebut memengaruhi tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor obligasi.
2.2.3.4. Debt to Equity Ratio (DER)
Dalam menilai suatu perusahaan, investor akan melihat tingkat utangnya. Agar dapat menilai sejauh mana perusahaan menggunakan uang yang telah dipinjamnya. Tingkat utang suatu perusahaan juga dapat mengindikasikan apakah perusahaan tersebut sehat atau tidak.
Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) adalah indicator struktur modal dan risiko finansial yang merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Bertambah besarnya DER suatu perusahaan menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004). Para kreditor secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh debitor, dan semakin besar perlindungan bagi kreditor jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar (Horne dan Wachowicz, 1998). Perbandingan DER untuk suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya yang hampir sama member indikasi umum tentang nilai kredit dan risiko keuangan dari perusahaan itu sendiri.
2.2.3.5. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi investor dalam memutuskan untuk melakukan investasi. Perusahaan besar dianggap telah memiliki kematangan posisi likuiditasnya dan mampu memperoleh tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga perusahaan tersebut mudah melakukan akses ke pasar modal untuk memperoleh dana yang dibutuhkan (Wiyati, 2008). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001) ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian.
Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (mediumsize) dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994 dalam Ibrahim, 2008).
Dari beberapa pernyataan diatas mengenai ukuran perusahaan dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan ukuran perusahaan yang besar cenderung memiliki tingkat penjualan yang tinggi. Ini artinya perusahaan akan lebih berani dalam menerbitkan investasi baru (seperti saham dan obligasi). Ini jelas menjadi tolak ukur investor yang ingin menanamkan modalnya dalam perusahaan tersebut. Sedangakan menurut Fama dan French (1995) dalam Panjaitan, et.al (2004) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai nilai skala kecil cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan perusahaan dengan skala yang besar. Perusahaan dengan skala yang kecil memiliki faktor pendukung untuk memproduksi barang dengan jumlah yang terbatas. Oleh karena itu, perusahaan yang berskala kecil mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan dengan skala besar. Perusahaan yang mempunyai risiko yang besar biasanya menawarkan return yang besar pula, ini dilakukannya untuk menarik investor.
2.2.3.6. Maturitas
Dalam investasi obligasi dikenal istilah maturitas. Maturitas merupakan periode jatuh tempo untuk melunasi seluruh pinjaman yang telah disepakati. Maturitas sebuah obligasi sekaligus digunakan untuk menunjukkan umur obligasi tersebut, biasanya maturitas obligasi dinyatakan dalam bentuk tahunan. Obligasi yang memiliki waktu jatuh tempo yang lebih lama maka akan memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, investor lebih menyukai untuk membeli obligasi yang memiliki waktu jatuh tempo yang lebih pendek.
Selain itu, panjang atau pendeknya waktu jatuh tempo dalam obligasi juga akan mempengaruhi harga obligasi tersebut karena adanya perubahan suku bunga yang bergerak fluktuatif. Tandelilin (2001) menjelaskan apabila terjadi penurunan (kenaikan) tingkat bunga, maka harga obligasi akan naik (turun), tetapi persentase perubahan harga yang relatif lebih besar akan terjadi pada obligasi yang mempunyai maturitas yang lebih panjang dan tingkat kupon yang lebih rendah. Maka dari itu, adanya obligasi dengan maturitas tertentu bisa dijadikan pilihan investor untuk menghindari adanya kerugian bila suatu saat suku bunga mengalami penurunan.
2.3. Penelitian Sebelumnya
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Uzun, et al.(2004) terhadap beberapa perusahaan perbankan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni PT. Bank Mandiri, Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk, PT. Bank Central Asia, PT. Bank Danamon, Tbk, PT. Bank Intenasional Indonesia, Tbk, PT. OCBC NISP, Tbk, dan PT. Bank Negara Indonesia, Tbk, menunjukkan bahwa pada perusahaan yang persentase komisaris independennya rendah cenderung terjadi kecurangan. Kecurangan ini menimbulkan nilai perusahaan turun sehingga terjadi penurunan peringkat obligasi dan peningkatan yield obligasi.
Penelitian yang dilakukan Bhojraj dan Sengupta (2003) menunjukkan bahwa persentase kepemilikan institusi dan komisaris independen berhubungan positif dengan peringkat obligasi, sedangkan persentase kepemilikan institusi dan komisaris independen berhubungan dengan yield obligasi. Menurut Bhojraj dan Sengupta (2003) menemukan bahwa corporate governance yang diukur dengan blockholder (pemegang saham besar) mempunyai hubungan yang positif signifikan dengan resiko kredit yang diukur dengan peringkat surat utang.
Populasi dalam penelitian sebelumnya adalah perusahaan perbankan yang menerbitkan obligasi periode waktu 2008-2010 dengan alasan bahwa pada periode ini banyak perbankan yang menerbitkan obligasi sebagai sumber pendanaan alternatif. Pengambilan data pada penelitian sebelumnya dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) berupa data sekunder dari obligasi yang diterbitkan perusahaan perbankan.
2.4. Kerangka Pemikiran
2.4.1. Pengaruh Lingkungan Kredit terhadap Risiko Kredit
Lingkungan kredit yang kurang memadai akan mengakibatkan semakin tingginya resiko kredit yang ditanggung oleh bank tersebut. Dalam lingkungan kredit ini, itikad baik serta kemampuan pegawai/pejabat bank sangat mempengaruhi resiko kredit yang dihadapi oleh suatu bank dimana jika pegawai/pejabat suatu bank tidak memiliki itikad baik atau tidak memiliki kemampuan dalam menanggulangi permasalah perkreditan maka tingkat resiko kredit yang dihadapi bank tersebut akan semakin besar dan begitu pula sebaliknya.
2.4.2. Pengaruh Kebijakan dan Prosedur Pemberian Kredit terhadap Risiko Kredit
Dalam hal kebijakan dan prosedur pemberian kredit terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi resiko kredit yaitu perencanaan kredit, pengkajian ulang kredit dan pengadministrasian file kredit yang juga berpengaruh terhadap risiko kredit karena jika ketiga prosedur tersebut tidak diterapkan maka kemungkinan akan terjadinya kredit macet.
2.4.3. Pengaruh pertumbuhan Ekonomi terhadap Risiko Kredit
Pertumbuhan ekonomi suatu negara akan sangat berpengaruh terhadap tingkat resiko kredit yang dihadapi oleh bank, dimana dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mengakibatkan penurunan pendapatan perusahaan yang menjadi nasabah debitur. Dengan menurunnya tingkat pendapatan tersebut akan menyebabkan nasabah tidak akan mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan bank. Maka pertumbuhan ekonomi sangat berpengaruh terhadap risiko kredit.
2.4.4. Pengaruh Tingkat Suku Bunga terhadap Yield Obligasi
Suku bunga naik dan turun sepanjang waktu, dan jika suku bunga berubah, nilai obligasi yang sedang beredar juga ikut berfluktuasi. Jika suku bunga tidak tetap konstan, maka harga obligasi akan berfluktuasi. Dengan demikian, kenaikan suku bunga akan menyebabkan harga obligasi yang masih beredar turun, sedangkan penurunan suku bunga akan berakibat harga obligasi naik. Sehingga terdapat pengaruh positif antara tingkat suku bunga terhadap pendapatan obligasi.
2.4.5.Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Yield Obligasi
Apabila inflasi mengalami peningkatan maka akan mempengaruhi tingkat bunga yang juga akan meningkat. Dan tingkat bunga yang meningkat tersebut menyebabkan harga obligasi menurun, tentu saja pendapatan akan meningkat. Oleh karena itu, terdapat pengaruh yang positif antara inflasi terhadap pendapatan obligasi.
2.4.6. Pengaruh Peringkat Obligasi terhadap Pendapatan Obligasi
Peringkat obligasi hanya berkaitan dengan kemungkinan gagal bayar. Obligasi dapat dihubungkan pada risiko tingkat bunga yang dinyatakan sebagai risiko terjadinya perubahan pada nilai obligasi sebagai akibat dari adanya perubahan tingkat bunga. Namun peringkat obligasi tidak berpengaruh pada risiko tingkat bunga sehingga tidak terdapat pengaruh antara peringkat obligasi terhadap pendapatanobligasi.
2.4.7. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Yield Obligasi
Debt to equity ratio (DER) mencerminkan perbandingan hutang terhadap modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan. Artinya bahwa rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Tingkat rasio utang yang tinggi, disini kaitannya adalah tingkat DER, akan mempengaruhi tingkat pengembalian dari ekuitas. Sehingga terdapat pengaruh positif antara debt to equity ratio (DER) terhadap yield obligasi.
2.4.8. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Yield Obligasi
Kategori ukuran perusahaan tersebut dapat digunakan untuk mengukur kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Biasanya patokan yang dipakai dalam melihat ukuran perusahaan adalah dengan total aset yang dimiliki dan jumlah penjualannya untuk kemudian digunakan oleh investor dalam menentukan keputusan berinvestasi. Sehingga tidak terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap pendapatan obligasi
2.4.9.Pengaruh Maturitas Terhadap Yield Obligasi
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga obligasi adalah tingkat maturitasnya. apabila obligasi memiliki maturitas yang lebih lama, maka akan mengakibatkan harga obligasi menjadi turun dan menyebabkan yieldobligasi meningkat. Semakin pendek maturitas sebuah obligasi, maka harga obligasi akan naik dan yield obligasi akan mengalami penurunan. Sehingga terdapat pengaruh positif antara maturitas terhadap yield obligasi.
2.5. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis diatas maka hipotesis yang dapat diajukan adalah:
H1 : Diduga terdapat pengaruh lingkungan kredit terhadap risiko kredit.
H2 : Diduga terdapat pengaruh kebijakan dan prosedur pemberian kredit terhadap risiko kredit.
H3 : Diduga terdapat pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap risiko kredit.
H4 : Diduga tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap pendapatanobligasi.
H5 : Diduga tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap pendapatanobligasi.
H6 : Diduga peringkat obligasi berpengaruh negatif terhadap pendapatan obligasi.
H7 : Diduga debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap pendapatan obligasi.
H8 : Diduga ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap pendapatanobligasi.
H9 : Diduga maturitas berpengaruh positif terhadap pendapatan obligasi.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1.Lokasi penelitian dan Objek Penelitian
3.1.1. Lokasi Penelitian
Lokasi pada penelitian ini adalah pada Bursa Efek Indonesia cabang Banda Aceh yang beralamat di Jl. Tgk Imuem Lueng Bata No. 48 kec. Lueng Bata.
3.1.2. Objek Penelitian
Objek penelitian pada penelitian ini adalah beberapa perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek periode 2013 – 2014.
3.2.Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang sudah menerbitkan obligasi dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2013 – 2014 , sebanyak 41 perusahaan yang terdaftar di BEI menjadi populasi dalam penelitian ini. Adapun sampel diambil secara sampling purposive, sehingga diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang akan ditentukan. Adapun kriteria untuk sampel adalah:
1. Perusahaan perbankan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan obligasi aktif diperdagangkan sejak tahun 2012 hingga sekarang
2. Obligasi masih beredar atau belum jatuh tempo sehingga dapat diperoleh data harga obligasi yang berlaku.
3. Obligasi yang dikeluarkan perusahaan terdaftar di PT. Pefindo.
4. Memiliki laporan keuangan yang lengkap selama tahun penelitian.
Berdasarkan kriteria yang ditentukan, peneliti memperoleh data sampel sejumlah 5 perusahaan yang memenuhi kriteria yang diinginkan.
3.3.Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan Metode studi pustaka yaitu dengan mengkaji berbagai literatur pustaka seperti jurnal, makalah, dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
3.4.Peralatan Analisis Data
Peralatan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda yaitu jumlah variabel independennya lebih dari 1.
Rumus : a + b1x1 + b2x2
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.5.1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel bebas dan tidak terdapat variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan terdiri dari risiko kredit dan yield obligasi.
3.5.2. Definisi Operasional Variabel
Variabel | Definisi | Indikator | Ukuran |
· Risiko Kredit | Menurut Ferry dan Sugiarto (2006:79) Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam (counterparty) tidak dapat dan tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo atau sesudahnya”. | · Kreditur · Bunga · Perjanjian kredit · Kolektibilitas ·Pertumbuhan ekonomi | Cordinal |
· Pendapatan Obligasi | Samsul (2006) menjelaskan bahwa yield adalah keuntungan atas investasi obligasi yang dinyatakan dalam persentase. Keuntungan atas investasi dapat berupa kupon yang diterima maupun selisih kurs obligasi. Secara khusus semakin tinggi tingkat hasil hingga jatuh tempo (YTM), semakin rendah tingkat perubahan harga. Untuk besar perubahan yield yang sama, pada tingkat hasil yang rendah menyebabkan perubahan harga yang lebih besar dibandingkan pada tingkat hasil yang tinggi. | · Tingkat suku bunga · Tingkat Inflasi · Peringkat Obligasi · Debt to Equity Ratio (DER) · Ukuran Perusahaan · Maturitas | Cordinal |
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sarjanak..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
#Makalah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Kredit dan Pendapatan Obligasi pada Perusahaan Perbankan
DOWNLOAD FILE LENGKAPNYA => DISINI <=