Makalah Sejarah perkembangan Hadits dan Sejarah Pembukuan Hadits - OFO

Halaman

    Social Items


Makalah Sejarah perkembangan Hadits 
dan Sejarah Pembukuan Hadits

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
           Keberadaan Hadits sebagai salah satu Sumber Hukum setelah alqur’an. Didalam islam Hadits  memiliki sejarah perkembangan dan penyebaran yang kompleks. Sejak masa zaman Rosulullah, zaman Sahabat, dan Tabi’in hingga setelah pembukuan hadits pada abad ke-2 H.
             Perkembangan masa awal lebih banyak menggunakan Lisan karena adanya larangan Nabi untuk menulis hadits. Karena beliau terfokus pada para sahabat yang bisa menulis Alqur’an. Larangan tersebut berlanjut sampai masa tabi’in besar dan khalifah.
            Sampai pada akhirnya hadits sangat penting dan berguna bagi umat islam untuk ditulis dan dibukukan dalam  menghadapi suatu masalah . oleh karena itu dalam makalah ini kita akan membahas bagaimana sebenarnya sejarah perkembangan dan pembukuan hadits itu.
Karena Sejarah perkembangan hadits itu sangat penting serta memberikan pengaruh terhadap sejarah peradapan islam.

B.  Rumusan Masalah.
1.    Bagaimana Sejarah perkembangan Hadits?
2.    Bagaimana Sejarah Pembukuan Hadits?

C.  Tujuan  Pembahasan
1.    Mengetahui Sejarah Perkembangan Hadits.
2.    Mengetahui Sejarah Pembukuan Hadits.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS
1.    Hadits pada Masa Rosul dan Masa Penyebarannya.
          Rasulullah hidup di tengah-tengah masyarakat dan sahabatnya. Mereka bergaul secara bebas dan mudah, tidak ada peraturan atau larangan yang mempersulit para sahabat untuk bergaul dengan beliau. Segala perbuatan, ucapan, dan sifat Nabi bisa menjadi contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa tersebut. Masyarakat menjadikan Nabi sebagai Panutan dan Pedoman dalam kehidupan mereka. jika ada permasalahan baik dalam Ibadah maupun dalam kehidupan duniawi, maka mereka akan bisa langsung bertanya pada Nabi. Kabilah-kabilah yang tinggal jauh di luar kota Madinah pun juga selalu berkonsultasi pada Nabi dalam segala permasalahan. mereka. mempelajari hukum- hukum syari'at agama. Dan ketika mereka kembali ke kabilahnya, mereka segera menceritakan pelajaran (hadits Nabi)yang baru mereka terima
          Selain itu, para pedagang dari kota Madinah juga sangat berperan dalam penyebaran hadits. Setiap mereka pergi berdagang, sekaligus juga berdakwah untukmembagikan pengetahuan yang mereka peroleh dari Nabi kepada orang-orang  yang mereka temui.Pada saat itu, penyebarluasan hadits sangat cepat. Hal tersebut berdasar perintah Rasulullah pada para sahabat untuk menyebarkan apapun yang mereka ketahui dari beliau. Beliau bersabda “Sampaikanlah daripadaku, walaupun hanya satu ayat.” 
          Dalam hadits lain disebutkan, “Ketahuilah, hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir” (dalam majlis ini). Dengan adanya sabda-sabda Nabi diatas, maka para sahabatpun sangat tergugah untuk mendengarkan, memperhatikan dan menyampaikan hadits.kepada seluruh masyarakat muslim baik yang berada di Madinah maupun yang di luar Madinah. sehingga mereka dapat mengetahui hukum–hukum agama yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Meskipun sebagian dari mereka tidak memperoleh langsung dari Rasulullah, Mereka dapat memperoleh dari saudara–saudara yang langsung mendengar  dari rosulullah.metode penyebaran hadits tersebut berlanjut sampai wafatnya Rasulullah

2.  Penulisan Hadits dan Pelarangannya
          Penyebaran hadits, pada masa Rasulullah hanya disebarkan lewat mulut ke mulut (secara lisan). banyak sahabat yang tidak bisa menulis karena Nabi melarang untuk menulis hadits. Beliau khawatir hadits akan bercampur dengan ayat Alqur’an. Menurut al-Baghdadi(w. 483 H), ada tiga buah hadits yang melarang penulisan hadits, masing-masing diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri, Abu Hurairah, dan Zaid ib Tsabit. yang berbunyi:
 “Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu dengar dari aku selain Alqur’an.Dan barang siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Alqur’an, hendaklah dihapuskan.” (HR. Muslim).  
          Disini Nabi melarang para sahabat menulis hadits, tetapi cukup dengan menghafalnya.
Adapun faktor-faktor utama yang menyebabkan Rosullulah melarang penulisan hadits adalah:
1.  Orang-orang yang dapat menulis pada masa itu masih dapat dihitung, dan sudah dikerahkan tenaganya untuk menulis Alqur’an.
2.  Karena dikhawatirkan akan bercampur dengan ayat Alqur’an secara tidak sengaja.
3.  Takut cenderung menulis hadits tanpa diucapkan atau diteliti terlebih dahulu.
4.  Khawatir orang-orang awam berpedoman pada hadits saja.

          Nabi telah mengeluarkan izin menulis hadits secara khusus setelah peristiwa “Fathu Makkah” Itupun hanya sebagian sahabat yang sudah terpercaya. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah disebutkan, bahwa ketika Rasulullah membuka kota Makkah, beliau berpidato di depan orang banyak dan ketika itu ada seorang lelaki dari Yaman bernama Abu Syah meminta agar dituliskan isi pidato tersebut untuknya. Kemudian Nabi memerintahkan sahabat agar menuliskan untuk Abu Syah: “Wahai Rasulullah. tuliskanlah untukku Kemudian Nabi bersabda (pada sahabat yang lain):
          Artinya;”Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan myang jiwaku ditangannya, tidak keluar dari mulutku, selain Kebenaran”.

B.      Perkembangan Hadits pada Masa Khulafa’ al-Rasyidin.
1. Masa Pemerintahan Abu Bakar dan Umar ibn Khattab
          Setelah Rasulullah wafat, banyak sahabat yang berpindah ke kota-kota di luar Madinah. Sehingga memudahkan untuk penyebaran hadits. Namun, dengan semakin mudahnya para sahabat meriwayatkan hadits dirasa membahayakan bagi hadits tersebut. Maka Khalifah Abu Bakar menerapkan peraturan yang membatasi periwayatan hadits. Begitu juga dengan Khalifah Umar ibn al-Khattab. Segala periwayatan yang mengatasnamakan Rasulullah harus dengan mendatangkan saksi Abu Hurairah meriwayatkan hadits untuk menunjukkan ketegasan Khalifah Umar dalam menerapkan peraturan pembatasan riwayat hadits pada masa pemerintahannya Namun di sisi lain, Umar ibn Khattab bukanlah orang. yang anti periwayatan hadits. Umar mengutus para Ulama untuk Menyebarkan al-Qur'an dan hadits.
Dalam sebuah riwayat, Umar berkata, "Saya tidak mengangkat penguasa daerah untuk memaki orang, memukul, apalagi merampas harta kalian. Tetapi saya mengangkat mereka untuk mengajarkan al-Qur'an dan hadits kepada kamu semua."

2. Masa Pemerintahan Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib
          Secara umum, kebijakan pemerintahan Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib tentang periwayatan tidak berbeda dengan khalifah sebelumnya. Namun, langkah yang diterapkan tidaklah setegas langkah khalifah Umar ibn al-Khattab. Dalam sebuah kesempatan, Utsman meminta para sahabat agar tidak meriwayatkan hadits yang tidak mereka dengar pada zaman Abu Bakar dan Umar Namun pada dasarnya, periwayatan Hadits pada masa ini disebabkan oleh karakteristik pribadi Utsman yang lebih lunak jika dibandingkan dengan Umar. Selain itu, wilayah kekuasaan Islam yang semakin luas juga menyulitkan pemerintah untuk mengontrol pembatasan riwayat secara maksimal.
          Sedangkan pada masa Ali ibn Abi Thalib, situasi pemerintahan Islam telah berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Masa itu merupakan masa krisis dan fitnah dalam masyarakat. Terjadinya peperangan antar beberapa kelompok kepentingan politik, Secara tidak langsung, hal itu membawa dampak negatif dalam periwayatan hadits

C. SEJARAH PEMBUKUAN HADITS                    
1. Masa Pembukuan dan Pengumpulan Hadits pada Awal  Abad ke II
          Permulaan Zaman membukukan hadits sebagaimana telah diketahui bahwa Zaman Rosullulah, Zaman Khulafaur Rosyidin dan Zaman Bani Umayyah hingga akhir abad pertama hijriah, hadits hadits itu hanya berpindah dari mulut ke mulut saja. Masing –masing riwayat meriwayatkan berdasarkan kepada kekuatan hafalannya. Memang hafalan mereka terkenal kuat sehingga mampu mengeluarkan kembali hadits –hadits yang pernah direkam dalam ingatannya. Ide penghimpunan hadits Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan oleh khalifah Umar bin Khattab(w.23/H/644M). Namun ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena beliau khawatir bila umat islam terganggu perhatiannya dalam mempelajari Alqur’an.
          Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz yangdinobatkan pada tahun 99 H. seorang khalifah dari Bani Umayyah yang terkenal sangat adil sehingga beliau dimasukkan golongan Khalifah Rosyidin yang kelima. Beliau punya inisiatif untuk membukukan hadits. Karena pada masa itu perawi atau para bendaharawan hadits kian lama kian berkurang karena banyak yang meninggal dunia. Beliau berpendapat :Apabila hadits itu tidak segera dikumpulkan dan dibukukan dalam buku –buku hadits dari para perawinya mungkin hadits-hadits itu akan lenyap bersama lenyapnya para penghapalnya., surat beliau yang berbunyi: Untuk melaksanakan inisiatifnya itu maka pada tahun100H beliau memerintah gubernur MadinahAbu Bakar bin Hazm dalam sebuah  “Lihat dan periksalah apa yang dapat diperoleh dari hadits rosul lalu tulislah, karena aku takut akan lenyap ilmudisebabkan meninggalnya ulama dan  jangan anda terima selain dari hadits Rosul Saw. Dan hendaklah anda sebarkan ilmu dan mengadakan majelis-majelis ilmu. Supaya orang yang tidak mengetahui  dapat mengetahuinya. Lantaran tidak lenyap ilmu hingga dijadikannya barang rahasia.” 
          Diantara ulama’-ulama’ besar  yang mula –mula membukukan hadits atas instruksi Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-Zuhri. Ibnu syihab az zuhry inilah yang membukukan seluruh hadits yang ada di Madinah di masa itu. Kemudian diikuti ulama-ulama berikutnya yang disponsori oleh kholifahAbasiyah. Adapun penghimpunan dan pemeliharaan  hadits dalam mushaf- mushaf  lembaran-lembaran daun dan ditulang-tulang unta telah dilaksanakan oleh para sahabat di zaman Rosullulah. Dan tidak terputuslah penghimpunan hadits itu setelah wafatnya Rosullulah Saw.

2.   Sistem Pembukuan Hadits Pada Abad Kedua. H
          Pada masa ini Para ulama’membukukan hadits tidak diseleksi yaitu semua hadits dibukukan bersama-sama tanpa dipilih dahulu. Sebetulnya banyaklah kitab-kitab hadits yang telah dibukukan dan dikumpulkan pada abad kedua ini.akan tetapi kitab yang terkenal yaitu Al-Muwatha’ oleh Imam Malik Al-Musnad oleh Imam Asy-Syafi’i(204)H. Pembukuan itu kemudian dilanjutkan secara lebih teliti oleh Imam-imam ahli hadits seperti Bukhari, Muslim, Turmudzi, Nasa’i, Abu Daud,Ibnu Majah yang menyusun kitabnya masing-masing. Kitab-kitab ShahihBukhary, Shahih Muslim,Sunan Abu Daud, SunanAn-Nasa’I, Sunan Ibnu Majah dan At-Turmudzi. Dengan demikian kitab-kitab induk itu berjumlah 6 (enam) buah yag terkenal dengan nama “ “Kutubus Sittah”..

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan :
            Sejarah Perkembangan hadits Pada masa Rosullulah, masa Khulafaur Rosyidin dan sebagian besar pada masa Bani Umayah hingga akhir abad pertama hijriah, hadits-hadits nabi itu tesebar dari mulut ke mulut (lisan). Masing –masing riwayat meriwayatkan berdasarkan kepada kekuatan hafalannya. Memang hafalan mereka terkenal kuat sehingga mampu mengeluarkan kembali hadits –hadits yang pernah direkam dalam ingatannya. Ide penghimpunan hadits Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan oleh khalifah Umar bin Khattab(w.23/H/644M). Namun ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena beliau khawatir bila umat islam terganggu perhatiannya dalam mempelajari Alqur’an. Sampai Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz yangdinobatkan pada tahun 99 H. seorang khalifah dari Bani Umayyah yang terkenal sangat adil sehingga beliau dimasukkan golongan Khalifah Rosyidin yang kelima. Beliau punya inisiatif untuk membukukan hadits. Karena pada masa itu perawi atau para bendaharawan hadits kian lama kian berkurang karena banyak yang meninggal dunia. Untuk melaksanakan inisiatifnya itu maka pada tahun100H beliau memerintah gubernur MadinahAbu Bakar bin Hazm untuk membukukan hadits.Ulama’ yang pertama kali yang membukukan hadits” Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-Zuhri.



DAFTAR PUSTAKA

M Hasbi Ashiddieqy,Prof,Dr, Sejarah dan Pengantar IlmuHadits,Jakarta: Bulan Bintang,1989.
Muhammad Mudzakir, Drs, Ulumul Hadits, Bandung ,CV. Pustaka, 2004.



DOWNLOAD File Lengkapnya  => DISINI <=

#Makalah Sejarah perkembangan Hadits dan Sejarah Pembukuan Hadits

Makalah Sejarah perkembangan Hadits dan Sejarah Pembukuan Hadits


Makalah Sejarah perkembangan Hadits 
dan Sejarah Pembukuan Hadits

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
           Keberadaan Hadits sebagai salah satu Sumber Hukum setelah alqur’an. Didalam islam Hadits  memiliki sejarah perkembangan dan penyebaran yang kompleks. Sejak masa zaman Rosulullah, zaman Sahabat, dan Tabi’in hingga setelah pembukuan hadits pada abad ke-2 H.
             Perkembangan masa awal lebih banyak menggunakan Lisan karena adanya larangan Nabi untuk menulis hadits. Karena beliau terfokus pada para sahabat yang bisa menulis Alqur’an. Larangan tersebut berlanjut sampai masa tabi’in besar dan khalifah.
            Sampai pada akhirnya hadits sangat penting dan berguna bagi umat islam untuk ditulis dan dibukukan dalam  menghadapi suatu masalah . oleh karena itu dalam makalah ini kita akan membahas bagaimana sebenarnya sejarah perkembangan dan pembukuan hadits itu.
Karena Sejarah perkembangan hadits itu sangat penting serta memberikan pengaruh terhadap sejarah peradapan islam.

B.  Rumusan Masalah.
1.    Bagaimana Sejarah perkembangan Hadits?
2.    Bagaimana Sejarah Pembukuan Hadits?

C.  Tujuan  Pembahasan
1.    Mengetahui Sejarah Perkembangan Hadits.
2.    Mengetahui Sejarah Pembukuan Hadits.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  SEJARAH PERKEMBANGAN HADITS
1.    Hadits pada Masa Rosul dan Masa Penyebarannya.
          Rasulullah hidup di tengah-tengah masyarakat dan sahabatnya. Mereka bergaul secara bebas dan mudah, tidak ada peraturan atau larangan yang mempersulit para sahabat untuk bergaul dengan beliau. Segala perbuatan, ucapan, dan sifat Nabi bisa menjadi contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa tersebut. Masyarakat menjadikan Nabi sebagai Panutan dan Pedoman dalam kehidupan mereka. jika ada permasalahan baik dalam Ibadah maupun dalam kehidupan duniawi, maka mereka akan bisa langsung bertanya pada Nabi. Kabilah-kabilah yang tinggal jauh di luar kota Madinah pun juga selalu berkonsultasi pada Nabi dalam segala permasalahan. mereka. mempelajari hukum- hukum syari'at agama. Dan ketika mereka kembali ke kabilahnya, mereka segera menceritakan pelajaran (hadits Nabi)yang baru mereka terima
          Selain itu, para pedagang dari kota Madinah juga sangat berperan dalam penyebaran hadits. Setiap mereka pergi berdagang, sekaligus juga berdakwah untukmembagikan pengetahuan yang mereka peroleh dari Nabi kepada orang-orang  yang mereka temui.Pada saat itu, penyebarluasan hadits sangat cepat. Hal tersebut berdasar perintah Rasulullah pada para sahabat untuk menyebarkan apapun yang mereka ketahui dari beliau. Beliau bersabda “Sampaikanlah daripadaku, walaupun hanya satu ayat.” 
          Dalam hadits lain disebutkan, “Ketahuilah, hendaknya orang yang hadir menyampaikan kepada orang yang tidak hadir” (dalam majlis ini). Dengan adanya sabda-sabda Nabi diatas, maka para sahabatpun sangat tergugah untuk mendengarkan, memperhatikan dan menyampaikan hadits.kepada seluruh masyarakat muslim baik yang berada di Madinah maupun yang di luar Madinah. sehingga mereka dapat mengetahui hukum–hukum agama yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Meskipun sebagian dari mereka tidak memperoleh langsung dari Rasulullah, Mereka dapat memperoleh dari saudara–saudara yang langsung mendengar  dari rosulullah.metode penyebaran hadits tersebut berlanjut sampai wafatnya Rasulullah

2.  Penulisan Hadits dan Pelarangannya
          Penyebaran hadits, pada masa Rasulullah hanya disebarkan lewat mulut ke mulut (secara lisan). banyak sahabat yang tidak bisa menulis karena Nabi melarang untuk menulis hadits. Beliau khawatir hadits akan bercampur dengan ayat Alqur’an. Menurut al-Baghdadi(w. 483 H), ada tiga buah hadits yang melarang penulisan hadits, masing-masing diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri, Abu Hurairah, dan Zaid ib Tsabit. yang berbunyi:
 “Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu dengar dari aku selain Alqur’an.Dan barang siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Alqur’an, hendaklah dihapuskan.” (HR. Muslim).  
          Disini Nabi melarang para sahabat menulis hadits, tetapi cukup dengan menghafalnya.
Adapun faktor-faktor utama yang menyebabkan Rosullulah melarang penulisan hadits adalah:
1.  Orang-orang yang dapat menulis pada masa itu masih dapat dihitung, dan sudah dikerahkan tenaganya untuk menulis Alqur’an.
2.  Karena dikhawatirkan akan bercampur dengan ayat Alqur’an secara tidak sengaja.
3.  Takut cenderung menulis hadits tanpa diucapkan atau diteliti terlebih dahulu.
4.  Khawatir orang-orang awam berpedoman pada hadits saja.

          Nabi telah mengeluarkan izin menulis hadits secara khusus setelah peristiwa “Fathu Makkah” Itupun hanya sebagian sahabat yang sudah terpercaya. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah disebutkan, bahwa ketika Rasulullah membuka kota Makkah, beliau berpidato di depan orang banyak dan ketika itu ada seorang lelaki dari Yaman bernama Abu Syah meminta agar dituliskan isi pidato tersebut untuknya. Kemudian Nabi memerintahkan sahabat agar menuliskan untuk Abu Syah: “Wahai Rasulullah. tuliskanlah untukku Kemudian Nabi bersabda (pada sahabat yang lain):
          Artinya;”Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan myang jiwaku ditangannya, tidak keluar dari mulutku, selain Kebenaran”.

B.      Perkembangan Hadits pada Masa Khulafa’ al-Rasyidin.
1. Masa Pemerintahan Abu Bakar dan Umar ibn Khattab
          Setelah Rasulullah wafat, banyak sahabat yang berpindah ke kota-kota di luar Madinah. Sehingga memudahkan untuk penyebaran hadits. Namun, dengan semakin mudahnya para sahabat meriwayatkan hadits dirasa membahayakan bagi hadits tersebut. Maka Khalifah Abu Bakar menerapkan peraturan yang membatasi periwayatan hadits. Begitu juga dengan Khalifah Umar ibn al-Khattab. Segala periwayatan yang mengatasnamakan Rasulullah harus dengan mendatangkan saksi Abu Hurairah meriwayatkan hadits untuk menunjukkan ketegasan Khalifah Umar dalam menerapkan peraturan pembatasan riwayat hadits pada masa pemerintahannya Namun di sisi lain, Umar ibn Khattab bukanlah orang. yang anti periwayatan hadits. Umar mengutus para Ulama untuk Menyebarkan al-Qur'an dan hadits.
Dalam sebuah riwayat, Umar berkata, "Saya tidak mengangkat penguasa daerah untuk memaki orang, memukul, apalagi merampas harta kalian. Tetapi saya mengangkat mereka untuk mengajarkan al-Qur'an dan hadits kepada kamu semua."

2. Masa Pemerintahan Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib
          Secara umum, kebijakan pemerintahan Utsman ibn Affan dan Ali ibn Abi Thalib tentang periwayatan tidak berbeda dengan khalifah sebelumnya. Namun, langkah yang diterapkan tidaklah setegas langkah khalifah Umar ibn al-Khattab. Dalam sebuah kesempatan, Utsman meminta para sahabat agar tidak meriwayatkan hadits yang tidak mereka dengar pada zaman Abu Bakar dan Umar Namun pada dasarnya, periwayatan Hadits pada masa ini disebabkan oleh karakteristik pribadi Utsman yang lebih lunak jika dibandingkan dengan Umar. Selain itu, wilayah kekuasaan Islam yang semakin luas juga menyulitkan pemerintah untuk mengontrol pembatasan riwayat secara maksimal.
          Sedangkan pada masa Ali ibn Abi Thalib, situasi pemerintahan Islam telah berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Masa itu merupakan masa krisis dan fitnah dalam masyarakat. Terjadinya peperangan antar beberapa kelompok kepentingan politik, Secara tidak langsung, hal itu membawa dampak negatif dalam periwayatan hadits

C. SEJARAH PEMBUKUAN HADITS                    
1. Masa Pembukuan dan Pengumpulan Hadits pada Awal  Abad ke II
          Permulaan Zaman membukukan hadits sebagaimana telah diketahui bahwa Zaman Rosullulah, Zaman Khulafaur Rosyidin dan Zaman Bani Umayyah hingga akhir abad pertama hijriah, hadits hadits itu hanya berpindah dari mulut ke mulut saja. Masing –masing riwayat meriwayatkan berdasarkan kepada kekuatan hafalannya. Memang hafalan mereka terkenal kuat sehingga mampu mengeluarkan kembali hadits –hadits yang pernah direkam dalam ingatannya. Ide penghimpunan hadits Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan oleh khalifah Umar bin Khattab(w.23/H/644M). Namun ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena beliau khawatir bila umat islam terganggu perhatiannya dalam mempelajari Alqur’an.
          Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz yangdinobatkan pada tahun 99 H. seorang khalifah dari Bani Umayyah yang terkenal sangat adil sehingga beliau dimasukkan golongan Khalifah Rosyidin yang kelima. Beliau punya inisiatif untuk membukukan hadits. Karena pada masa itu perawi atau para bendaharawan hadits kian lama kian berkurang karena banyak yang meninggal dunia. Beliau berpendapat :Apabila hadits itu tidak segera dikumpulkan dan dibukukan dalam buku –buku hadits dari para perawinya mungkin hadits-hadits itu akan lenyap bersama lenyapnya para penghapalnya., surat beliau yang berbunyi: Untuk melaksanakan inisiatifnya itu maka pada tahun100H beliau memerintah gubernur MadinahAbu Bakar bin Hazm dalam sebuah  “Lihat dan periksalah apa yang dapat diperoleh dari hadits rosul lalu tulislah, karena aku takut akan lenyap ilmudisebabkan meninggalnya ulama dan  jangan anda terima selain dari hadits Rosul Saw. Dan hendaklah anda sebarkan ilmu dan mengadakan majelis-majelis ilmu. Supaya orang yang tidak mengetahui  dapat mengetahuinya. Lantaran tidak lenyap ilmu hingga dijadikannya barang rahasia.” 
          Diantara ulama’-ulama’ besar  yang mula –mula membukukan hadits atas instruksi Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-Zuhri. Ibnu syihab az zuhry inilah yang membukukan seluruh hadits yang ada di Madinah di masa itu. Kemudian diikuti ulama-ulama berikutnya yang disponsori oleh kholifahAbasiyah. Adapun penghimpunan dan pemeliharaan  hadits dalam mushaf- mushaf  lembaran-lembaran daun dan ditulang-tulang unta telah dilaksanakan oleh para sahabat di zaman Rosullulah. Dan tidak terputuslah penghimpunan hadits itu setelah wafatnya Rosullulah Saw.

2.   Sistem Pembukuan Hadits Pada Abad Kedua. H
          Pada masa ini Para ulama’membukukan hadits tidak diseleksi yaitu semua hadits dibukukan bersama-sama tanpa dipilih dahulu. Sebetulnya banyaklah kitab-kitab hadits yang telah dibukukan dan dikumpulkan pada abad kedua ini.akan tetapi kitab yang terkenal yaitu Al-Muwatha’ oleh Imam Malik Al-Musnad oleh Imam Asy-Syafi’i(204)H. Pembukuan itu kemudian dilanjutkan secara lebih teliti oleh Imam-imam ahli hadits seperti Bukhari, Muslim, Turmudzi, Nasa’i, Abu Daud,Ibnu Majah yang menyusun kitabnya masing-masing. Kitab-kitab ShahihBukhary, Shahih Muslim,Sunan Abu Daud, SunanAn-Nasa’I, Sunan Ibnu Majah dan At-Turmudzi. Dengan demikian kitab-kitab induk itu berjumlah 6 (enam) buah yag terkenal dengan nama “ “Kutubus Sittah”..

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan :
            Sejarah Perkembangan hadits Pada masa Rosullulah, masa Khulafaur Rosyidin dan sebagian besar pada masa Bani Umayah hingga akhir abad pertama hijriah, hadits-hadits nabi itu tesebar dari mulut ke mulut (lisan). Masing –masing riwayat meriwayatkan berdasarkan kepada kekuatan hafalannya. Memang hafalan mereka terkenal kuat sehingga mampu mengeluarkan kembali hadits –hadits yang pernah direkam dalam ingatannya. Ide penghimpunan hadits Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya dikemukakan oleh khalifah Umar bin Khattab(w.23/H/644M). Namun ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena beliau khawatir bila umat islam terganggu perhatiannya dalam mempelajari Alqur’an. Sampai Pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz yangdinobatkan pada tahun 99 H. seorang khalifah dari Bani Umayyah yang terkenal sangat adil sehingga beliau dimasukkan golongan Khalifah Rosyidin yang kelima. Beliau punya inisiatif untuk membukukan hadits. Karena pada masa itu perawi atau para bendaharawan hadits kian lama kian berkurang karena banyak yang meninggal dunia. Untuk melaksanakan inisiatifnya itu maka pada tahun100H beliau memerintah gubernur MadinahAbu Bakar bin Hazm untuk membukukan hadits.Ulama’ yang pertama kali yang membukukan hadits” Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-Zuhri.



DAFTAR PUSTAKA

M Hasbi Ashiddieqy,Prof,Dr, Sejarah dan Pengantar IlmuHadits,Jakarta: Bulan Bintang,1989.
Muhammad Mudzakir, Drs, Ulumul Hadits, Bandung ,CV. Pustaka, 2004.



DOWNLOAD File Lengkapnya  => DISINI <=

#Makalah Sejarah perkembangan Hadits dan Sejarah Pembukuan Hadits