BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster's New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran infonnasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
Harold Lasswell Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan "siapa" "mengatakan "apa" "dengan saluran apa", "kepada siapa" , dan "dengan akibat apa" atau "hasil apa".(who says what in which channel to whom and with what effect).
Hovland, Janis & Kelley Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip- prinsip komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
- Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.
- Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
- Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
- Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.
Ada beberapa pengertian tentang komunikasi :
a) Komunikasi adalah pengiriman pesan atau tukar menukar informasi atau ide/gagasan (Oxford Dictionary)
b) Komunkasi adalah suatu proses ketika informasi disampaikan pada orang lain melalui symbol, tanda, atau tingkah laku
c) Komunkasi bisa berbentuk komunikasi verbal, komunikasi non verbal, dan komunikasi abstrak.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda, atau tingkah laku.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.
B. PRINSIP –PRINSIP KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sehingga terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Komunikasi bertujuan agar pesan yang disampaikan oleh komunikator dimengerti oleh komunikan. Dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu hal yang paling penting. Karena komunikasi yang baik antara provider kesehatan dengan masyarakat akan memudahkan penyampaian pesan kesehatan dan meningkatkan efisiensi dari intervensi kesehatan yang dilakukan.
Teori komunikasi mempunyai beberapa prinsip. Apabila diuraikan, di dalam komunikasi terdapat setidaknya dua belas prinsip. Berikut merupakan pengaplikasian prinsip komunikasi dalam bidang kesehatan masyarakat.
a. Prinsip 1: Komunikasi adalah Proses Simbolik
Lambang atau simbol adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang lain, meliputi kata-kata, perilaku, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Dalam bidang kesehatan simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun non verbal harus dipahami oleh tenaga kesehatan. Simbol-simbol tersebut berbeda dari satu daerah dengan daerah yang lain. Oleh karena itu, sebelum melakukan tindakan promotif-preventif kesehatan, tenaga kesehatan harus memahami terlebih dahulu simbol yang digunakan dalam suatu kelompok masyarakat. Misalnya saja penampilan. Penampilan yang baik menggambarkan simbol yang baik pula, atau penggunaan bahasa harus menggunakan bahasa yang halus dan baik agar dapat diterima oleh masyarakat.
b. Prinsip 2: Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi
Teori mengatakan bahwa kita tidak bisa untuk tidak berkomunikasi (we cannot not communicate). Semua bentuk aktifitas kita berpotensi dapat dinilai berkomunikasi oleh orang lain, walaupun sebenarnya kita tidak bermaksud untuk berkomunikasi. Hal yang demikian sering membuat kesalahan komunikasi (miss communication) Dalam hal ini, provider kesehatan harus berhati-hati untuk bertindak dan berperilaku. Provider kesehatan harus dapat dijadikan masyarakat sebagai role model atau panutan dalam gaya hidup sehat. Seorang provider kesehatan harus mempunyai good attitude agar dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dalam menjalankan tugas promotif-preventif kesehatan.
c. Prinsip 3: Komunikasi Punya Dimensi Isi dan Hubungan
Dimensi isi mengacu pada isi pesan yang disampaikan. Sedangkan dimensi hubungan mengacu pada cara penyampaian pesan. Agar pesan kesehatan yang di sampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, seorang provider kesehatan harus pintar-pintar memilih kata yang baik dan menyampaikannya dengan baik pula. Misalnya penyampaian pesan kesehatan kepada orang yang lebih tua hendaknya menggunakan bahasa yang sopan dan diungkapkan dengan halus.
d. Prinsip 4: Komunikasi Berlangsung dalam Berbagai Tingkat Kesenjangan
Sebuah komunikasi dapat berlangsung secara tidak sengaja maupun disengaja. Meskipun kita tidak bermaksud untuk berkomunikasi, bisa jadi orang lain menafsirkan demikian dan kita tidak bisa mengatur orang lain untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Seorang tenaga kesehatan harus mampu untuk menempatkan diri di berbagai situasi. Seperti cara berpakaian yang sopan agar memperoleh simpati dari masyarakat.
e. Prinsip 5: Komunikasi Terjadi dalam Konteks Ruang dan Waktu
Sebuah komunikasi sangat bergantung pada ruang dan waktu. Arti pesan yang disampaikan dapat berbeda bila ruang dan waktu juga berubah. Dalam hal ini, seorang provider kesehatan harus mampu mengatur bagaimana pesan yang disampaikan dapat dengan baik, misalnya pemilihan ruangan untuk sosialisasi dan penyuluhan. Ruangan yang dipilih sebaiknya mempunyai pencahayaan yang baik. Pemilihan waktu yang tepat untuk sosialisasi dan tempat sosialisasi yang sebaiknya mudah dijangkau.
f. Prinsip 6: Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta Komunikasi
Dalam aktifitas komunikasi seorang komunikan akan meramalkan atau memprediksi efek komunikasi yang akan terjadi pada dirinya. Demikian juga dengan komunikator. Komunikator akan memprediksi efek yang akan diterimanya dari komunikasi yang berlangsung. Seorang tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas promotif-preventif harus mampu untuk memprediksikan efek yang akan didapatkan oleh masyarakat sasaran. Misalnya, penggunaan bahasa. Bahasa yang digunakan oleh masyarakat satu dengan masyarakat lain berbeda. Setiap bahasa yang digunakan akan ditanggapi berbeda oleh masyarakat. Tenaga kesehatan harus mampu memilih bahasa yang dianggap baik oleh masyarakat sasaran.
g. Prinsip 7: Komunikasi Bersifat Sistemik
Komunikasi melibatkan sistem internal (kerangka tujuan, bidang pengalaman, struktur kognitif, pola pikir, keadaan internal, sikap) dan sistem eksternal (lingkungan, kata-kata, isyarat, pencahayaan). Dalam prinsip ini, provider kesehatan harus mampu menilai sistem komunikasi internal dan sistem komunikasi eksternal masyarakat sasaran. Misalnya pada anak TK, proses sosialisasi akan berbeda dengan dengan orang dewasa yang mempunyai pengalaman dan pola pikir yang berbeda. Selain itu sistem eksternal pada anak TK juga berbeda dengan orang dewasa (anak TK lebih senang bermain, sehingga pemilihan tempat sosialisasi di luar ruangan agar anak-anak dapat bermain denga leluasa; pada orang dewasa dipilih tempat di dalam ruangan yang lebih kondusif, tenang, dan sebagainya).
h. Prinsip 8: Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya, Semakin Efektiflah Komunikasi
Dalam hal ini, tenaga kesehatan harus menyadari kecenderungan tertentu yang menyangkut kesamaan sosial-budaya dalam komunikasi. Untuk memperlancar suatu komunikasi, tenaga kesehatan dapat menggunakan bahasa-bahasa yang sesuai daerah sasaran atau setidaknya mengetahui bagaimana suatu masyarakat menggunakan simbol-simbol tertentu untuk mempermudah proses komunikasi.
i. Prinsp 9: Komunikasi Bersifat Nonsekuensial.
Pada dasarnya komunikasi bersifat dua arah atau timbal balik. Pada saat kita berbicara kepada seseorang sebenarnya orang tersebut juga memberikan pesan kepada kita secara nonverbal. Pada prinsip ini seorang provider kesehatan harus mampu untuk memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikan. Apakah dia merasa nyaman, atau dia mengerti dengan pesan yang disampaikan atau tidak. Apabila provider kesehatan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh seorang komunikan maka komunikasi akan berjalan lebih lancar.
j. Prinsip 10: Komunikasi Bersifat Prosesual, Dinamis, dan Transaksional
Bersifat prosesual maksudnya komunikasi selalu berkesinambungan, dinamis maksudnya komunikasi selalu berkembang dan transaksional artinya komuniksi merupakan kegiatan untuk saling bertukar pesan. Dalam prinsip, seorang tenaga kesehatan harus mampu untuk membuat komunikasi yang dilakukan berjalan secaracontinous walaupun tenaga kesehatan tersebut tidak lagi memberikan pesan kepada sasaran. Misalnya pesan-pesan kesehatan yang disampaikan oleh seorang provider kesehatan akan terus dimengerti dan dilakukan oleh masyarakat walaupun kegiatan penyampaian pesan telah selesai.
k. Prinsip 11: Komunikasi Bersifat Irreversibel
Proses komunikasi yang berlangsung tidak dapat kembali seperti semula. Kita tidak dapat menarik kembali pesan dan efek yang ditimbulkan komunikasi dari seorang komunikan. Oleh karena itu, seorang provider kesehatan harus berhati-hati saat memberikan suatu sosialisasi pada masyarakat sasaran. Pesan yang baik akan diterima dengan baik dan pesan tersebut akan terus dijalankan oleh masyarakat.
i. Prinsip 12: Komunikasi Bukan Panasea untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Meskipun kita telah melakukan komunikasi yang paling baik sekalipun, komunikasi tersebut tidak akan berpengaruh secara optimal bila kita tidak melakukan tindakan. Dalam bidang kesehatan masyarakat suatu pesan kesehatan harus diikuti dengan perilaku sehat juga. Sehingga sebuah komunikasi kesehatan tidak hanya akan berhenti begitu saja, namun juga dapat diaplikasikan dalam perilaku.
Seorang tenaga kesehatan masyarakat yang baik adalah mereka yang mampu untuk mengerti prinsip-prinsip komunikasi dan mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut dalam kegiatan promotif-preventif kesehatan. Komunikasi kesehatan yang baik akan membuat penyampaian pesan kesehatan berlangsung dengan mudah sehingga taraf kesehatan masyarakat dapat meningkat.
C. TAHAP-TAHAP KOMUNIKASI
a. Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien.
Tugas perawat pada fase ini yaitu :
Tugas perawat pada fase ini yaitu :
1. Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya
2. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok
3. Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana interaksi
4. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat bertemu dengan klien.
b. Fase orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan pikirannya.
Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain :
1. Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien;
2. Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu, tempat, waktu dan topik pertemuan;
3. Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah pertanyaan terbuka;
4. Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi (Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005
Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :
1. Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan
2. Memperkenalkan diri perawat
3. Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
4. Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada perawat.
5. Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.
6. Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.
c. Fase kerja.
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik.Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien
mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan (Geldard,D,1996, dikutip dari Suryani, 2005).
d. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
1. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
2. Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh.
Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan interak i yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut evaluasi objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan dilakukan sangat berguna pada tahap terminasi (Suryani,2005);
b. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu;
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering disebut pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam;
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi akhir, adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai selama interaksi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster's
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan menggunakan symbol, tanda, atau tingkah laku.
Lambang atau simbol adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu yang lain, meliputi kata-kata, perilaku, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Dalam bidang kesehatan simbol-simbol komunikasi baik verbal maupun non verbal harus dipahami oleh tenaga kesehatan.
B. SARAN
Adanya makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui prinsip-prinsip komunikasi terutamanya dalam kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Www. Gudang Materi.com/2010/II/prinsip – prinsip – komunikasi. Html
Deddy mulyana.”ilmu komunikasi suatu pengantar”, Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2010. Hlm ; 92
A.Aziz Alimul Hidayat (2003), Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik pada Anak Usia Prasekolah, Medikes Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Hal 40-45.
Whaley and Wong’s (1995), Essensials of Pediatric Nursing Fourth Edition, Mosby Company, St Louis Missouri.
Yupi Supartini (2004), Buku ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC Jakarta.
Uripni, L. 2003. KomunikasiKebidanan. Jakarta : EGC.
Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Terapeutik.
Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC.