BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang. Berbagai penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian) hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8-28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Hipertensi, saat ini terdapat adanya kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olahraga, merokok, alkohol, dan makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Hipertensi adalah masalah kesehtan masyarakat. Hiertensi yang tidak terkontrol dapt memicu timbulnya penyakit degenratif, seperti gagal jantung koronercongestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya ansimtomati telah bebarapa tahun menimbulkan stroke yang fatal dan penyakit jantung. Mesekipuntidak dapa di obati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.
Depirkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di Negara berkembang tahun 2005 dari sejumlah 635 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2005. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertesi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkolosis, yakni mecapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Bedasarkan riset kesehatan dasar ( Riskesdas ) 2007, diketahui hamper seperempat ( 24,5%) penduduk Indonesia usia diatas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih, sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hiertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatanrata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebabkematian nomor tiga setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8%dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belumterjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan.
B. Permasalahan
Adakah hubungan kejadian Hipertensi dengan upaya pencegahan di lingkungan masyarakat ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kejadian Hipertensi dengan upaya pencegahan di lingkungan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i mengetahui :
a. Devinisi Penyakit Hipertensi
b. Mengukur Tekanan Darah
c. Klasifikasi Hipertensi
d. Penyebab Hipertensi
e. Patofisiologi Hipertensi
f. Tanda dan Gejala Hipertensi
g. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi
h. Cara pencegahan, penanggulangan dan pengobatan Penyakit Hipertensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan, Tensi artinya tekanan/tegangan; jadi, hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.
Hipertensi di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Wexler, 2002).
B. Mengukur Tekanan Darah
1. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka, yaitu: Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik) dan angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
2. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
3. Tekanan darah ditulis dengan dua angka, dalam bilangan satuan mmHg (millimeter air raksa) pada alat tekanan darah/ tensi meter, yaitu sistolik dan diastolik. Sistolik adalah angka yang tertinggi ialah tekanan darah pada waktu jantung sedang menguncup atau sedang melakukan kontraksi. Diastolik adalah angka yang terendah pada waktu jantung mengembang berada di dalam akhir relaksasi.
Misalnya tekanan darah 120/ 80 mmHG artinya tekanan sistolik 120 dan tekanan diastolik 80 mmHg.
4. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh :
a. Kekuatan kuncup jantung yang mendesak isi bilik kiri untuk memasukkan darah ke dalam batang pembuluh nadi.
b. Tahanan dalam pembuluh nadi terhadap mengalirnya darah.
c. Saraf otonom yang terdiri dari sistem simpatikus dan para simpatikus.
C. Klasifikasi hipertensi
No | Klasifikasi | Sistolik | Diastolik |
1 | Optimal | < 120 mmHg | < 80 mmHg |
2 | Normal | < 130 mmHg | < 85 mmHg |
3 | Normal tinggi | 130 – 139 mmHg | 85 – 89 mmHg |
4 | Hipertensi ringan | 140 – 159 mmHg | 90 – 99 mmHg |
5 | Hipertensi sedang | 160 – 179 mmHg | 100 – 109 mmHg |
6 | Hipertensi berat | > 180 mmHg | > 110 mmHg |
1. klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya ada dua, yaitu:
a. Hipertensi primer (hipertensi idiophatik) adalah dimana penyebabnya tidak diketahui dengan pasti. Dikatakan juga bahwa hipertensi ini adalah dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
b. Hipertensi secondary adalah hipertensi yang terjadi akibat dari penyakit lain misalnya kelainan pada ginjal atau kerusakan dari sistem hormon.
2. Klasifikasi hipertensi berdasarkan ada tidaknya kelainan pada organ tubuh lain, yaitu :
a. Hipertensi tanpa kelainan pada organ tubuh lain.
b. Hipertensi dengan pembesaran jantung.
c. Hipertensi dengan kelainan pada organ lain di samping jantung.
3. Klasifikasi hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah yaitu :
a. Hipertensi borderline : tekanan darah antara 140/90 mmHg dan 160/95 mmHg.
b. Hipertensi ringan : tekanan darah antara 160/95 mmHg dan 200/110 mmHg.
c. Hipertensi moderate : tekanan darah antara 200/110 mmHg dan 230/120 mmHg.
d. Hipertensi berat : tekanan darah antara 230/120 mmHg dan 280/140 mmHg.
4. Klasifikasi hipertensi berdasarkan bentuknya dibagi dua, yaitu:
a. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut.
b. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.
D. Penyebab Hipertensi
Dapat dikatagorikan menjadi dua golongan besar penyebabnya, yaitu:
1. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui penyebabnya. Ada 10-16% orang dewasa mengidap takanan darah tinggi.
Penyebab yang tidak diketahui, antara lain:
a. genetik, lingkungan
b. gangguan pengeluaran/eksresi garam natrium
c. serta faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti kegemukan (obesitas), alkohol, merokok dan lain-lain.
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui sebab-sebabnya. Hipertesnsi jenis ini hanya sebagian kecil, yakni hanya sekitar 10%.
Beberapa penyebab hipertensi, antara lain:
a. Sebab hormonal, misalnya dari kelenjar anak ginjal
b. Penggunaan obat-obatan
c. Merokok karena di dalam tembakau terdapat nikotin
d. Minuman beralkohol
e. Kelainan pada ginjal
f. Kelainan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakranial atau karena lokasinya dekat pada pusat persyarafan yang mempengaruhi tekanan darah
g. Kelainan pembuluh darah besar (aorta) yaitu koartasio aorta dimana arkus aorta bersambungan dengan aorta decendens.
A. Patofisiologi hipertensi
1. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
2. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
3. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi.
4. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Corwin,2001).
B. Tanda dan Gejala Hipertensi
1. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).
2. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).
3. Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa: Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat, nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
4. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
C. Faktor-faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi meliputi :
a. Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti, 2005).
b. Jenis kelamin juga sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopause (Depkes@gmail.com).
c. Perbandingan antara pria dan wanita, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6% dari pria dan 11% pada wanita. Laporan dari Sumatra Barat menunjukan 18,6% pada pria dan 17,4% wanita. Di daerah perkotaan Semarang didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita. Sedangkan di daerah perkotaan Jakarta didapatkan 14,6 pada pria dan 13,7% pada wanita (Gunawan, 2001).
d. Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi ( Astawan,2002).
e. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan hipertensi yang rendah, jika asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevelensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
f. Garam mempunyai sifat menahan air. Mengkonsumsi garam lebih atau makan-makanan yang diasinkan dan merokok merupakan salah satu factor yang dapat diubah. Adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak. Otak akan bereaksi terhadap nikotin.
g. Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi di duga melalui aktifitas saraf simpatis. Peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara tidak menentu. Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan pendesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
BAB III
Strategi Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi
A. Pencegahan hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat dikurangi dengan cara :
1. Memeriksa tekanan darah secara teratur
2. Menjaga berat badan ideal
3. Mengurangi konsumsi garam
4. Jangan merokok
5. Berolahraga secara teratur
6. Hidup secara teratur
7. Mengurangi stress
8. Jangan terburu-buru
9. Menghindari makanan berlemak.
Pencegahan Primer :
1. Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari
2. Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk mengurangi berat badan
3. Kurangi konsumsi alcohol
4. Konsumsi minyak ikan
5. Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah tapi kalsium juga cukup membantu.
Pencegahan Sekunder:
1. Pola makanam yamg sehat
2. Mengurangi garam dan natrium di diet anda
3. Fisik aktif
4. Mengurangi Akohol intake
5. Berhenti merokok.
Pencegahan Tersier
1. Pengontrolan darah secara rutin
2. Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.
B. Pengobatan Hipertensi
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
a. Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
b. Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
c. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
d. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.
e. Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
f. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.
g. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol
h. Perbanyak maknan yg mengandung kalsium,kalium dan magnesium
i. Perbanyak makanan yg mengandung serat
j. Menjaga berat badan
k. Hindari kebiasaan minum kopi berlebihan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. (Hiper artinya Berlebihan,Tensi artinya tekanan/tegangan; jadi, hipertensi adalah Gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatasnilai normal.
2. Beberapa penyebab hipertensi, antara lain: sebab hormonal, misalnya dari kelenjar anak ginjal, penggunaan obat-obatan, merokok karena di dalam tembakau terdapat nikotin, minuman beralkohol, kelainan pada ginjal, kelainan intrakranial yang mengakibatkan meningkatnya tekanan intrakranial atau karena lokasinya dekat pada pusat persyarafan yang mempengaruhi tekanan darah, kelainan pembuluh darah besar (aorta) yaitu koartasio aorta dimana arkus aorta bersambungan dengan aorta decendens.
3. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
4. Faktor resiko hipertensi salah satunya adalah: Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti, 2005).
5. Pencegahan hipertensi
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi (kecuali yang esensial), dapat dikurangi dengan cara : Memeriksa tekanan darah secara teratur, Menjaga berat badan ideal, Mengurangi konsumsi garam, Jangan merokok, Berolahraga secara teratur, Hidup secara teratur, Mengurangi stress, Jangan terburu-buru, Menghindari makanan berlemak.
B. Saran
1. Untuk keluarga/masyarakat:
Memeriksa tekanan darah secara teratur, menjaga berat badan ideal, mengurangi konsumsi garam, jangan merokok, berolahraga secara teratur, hidup secara teratur, mengurangi stress, jangan terburu-buru, menghindari makanan berlemak.
2. Bagi Dinas Kesehatan/ Ahli Kesmas
Melakukan surveilans epidemiologi terhadap penyebaran penyakit Hipertensi, serta memberi penyuluhan kepada masyarakat.
3. Bagi Negara
Memberikan perhatian utama bagi penderita Hipertensi dengan penanganan medis cepat. Selain itu perlu memberikan kebijakan-kebijakan yang mendukung pelaksanaan pencegahan Hipertensi.