Makalah Teknik Sterilisasi lengkap - OFO

Halaman

    Social Items

Makalah Teknik Sterilisasi lengkap

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mnghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora bakeri dari benda-benda mati/instrumen. Sterilisasi dapat dilakukan dalam beberapa cara, salah satunya  dengan bahan kimia. Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme berkisar dari unsur logam berat seperti perak dan tembaga sampai kepada molekul organik yang kompleks seperti persenyawaan amonium kuartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek anti mikrobialnya dalam berbagai cara dan terhadap berbagai macam mikroorganisme. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada yang bersifat merusak. Karena ini dan juga karena variable-variabel lain, maka perlu sekali diketahui terlebih dahulu perilaku suatu bahan kimia sebelum digunakan untuk menerapkan praktis tertentu.
Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat mikroskopik yang disebut mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang mempunyai ukuran sel sangat kecil dimana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan pertolongan mikroskop. Dalam teknologi pangan, mikrobiologi merupakan ilmu yang sangat penting, misalnya dalam hubungannya dengan kerusakan atau kebusukan makanan sehingga dapat diketahui tindakan pencegahan atau pengawetan yang paling tepat untuk menghindari terjadinya kerusakan tersebut. Di samping itu, mikrobiologi juga penting dalam fermentasi makanan, sanitasi, pengawasan mutu pangan, dan sebagainya. Adanya jasad renik di dalam makanan mungkin tidak diinginkan jika jasad renik tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan kebusukan makanan, atau menyebabkan keracunan bagi yang mengkonsumsinya. Tetapi dalam fermentasi makanan dan minuman, pertumbuhan jasad renik justru dirangsang untuk mengubah komponen-komponen di dalam bahan pangan tersebut menjadi produk-produk yang diinginkan.
Di dalam pekerjaan mikrobiologi seringkali kita tidak terlepas dari alat-alat yang berada dalam laboratorium. Untuk itu diperlukan pemahaman tentang fungsi dan sifat-sifat dari alat yang digunakan. Peralatan yang digunakan pada laboratorium mikrobiologi hampir sama dengan peralatan-peralatan yang umumnya digunakan di laboratorium kimia yaitu berupa alat-alat gelas antara lain : tabung reaksi, cawan petri, pipet ukur dan pipet volumetrik, labu ukur (tentukur), labu erlenmeyer, gelas piala, pH meter, gelas arloji, termometer, botol tetes, pembakar spiritus, kaki tiga dengan kawat asbes dan rak tabung.
Di samping peralatan gelas tersebut pada laboratorium mikrobiologi masih ada sejumlah alat yang khusus antara lain: otoklaf, oven, mikroskop, jarum ose (inokulasi), jarum preparat, gelas objek, kaca penutup, keranjang kawat untuk sterilisasi, inkubator untuk membiakkan mikroorganisme dengan suhu yang konstan, spektrofotometer untuk mengukur kepekatan suspensi atau larutan. Penangas air untuk mencairkan medium, maknetik stirrer untuk mengaduk dan tabung durham untuk penelitian fermentasi.
Di dalam pekerjaan mikrobiologi dibutuhkan alat yang khusus untuk melihat mikroorganisme. Salah satu alat yang sering digunakan adalah mikroskop. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran kecil. Mikroskop dalam bahasa Yunani dari micron yaitu kecil dan scopos yaitu tujuan. Jadi, mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil. Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh mata. Daya pembesaran mikroskop menyebabkan kita dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat terlihat dengan mata telanjang. Pembesaran yang dapat mikroskop adalah sekitar 100 kali sampai 400.000 kali. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan objek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop electron.
Berdasarkan konstruksi dan kegunaan, maka mikroskop cahaya dibagi menjadi biological microscope (mikroskop biologis) dan stereo microscope (mikroskop stereo). Berdasarkan cahaya yang melewati mikroskop maka mikroskop cahaya dibagi menjadi mikroskop stereo, mikroskop medan terang, mikroskop fourensensi, mikroskop fase kontras, mikroskop interferensi, mikroskop polarisasi, dan mikroskop ultraviolet.
Perbesaran yang dicapai oleh suatu mikroskop adalah hasil kerja dua sistem lensa yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif yang terdekat dengan spesimen, dan lensa okuler, terletak pada ujung atas mikroskop, terdekat dengan mata. Sistem lensa objektif memberikan perbesaran mula-mula dan menghasilkan bayangan nyata yang kemudian diproyeksikan ke atas lensa okuler. Bayangan nyata tersebut, pada gilirannya, diperbesar oleh okuler untuk menghasilkan bayangan pada mikroskop.
Pada mikroskop cahaya atau mikroskop monokuler mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop ini mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa yaitu lensa objektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa okuler bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa objektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi objek dan lensa-lensa mikroskop yang lain.
Kondensor adalah sistem lensa pengumpul cahaya di bawah pentas yang memusatkan cahaya yang tersedia pada spesimen. Kondensor dapat digerakkan ke atas dan ke bawah oleh pengatur kondensor. Kondensor berfungsi untuk mendukung terciptanya pencahayaan pada objek yang akan difokus, sehingga bila pengaturannya tepat akan diperolehdaya pisah maksimal. Jika daya pisah kurang maksimal, dua benda akan tampak menjadi satu. Perbesaran akan kurang bermanfaat jika daya pisah mikroskop kurang baik
Pada pengerjaan mikrobiologi, diperlukan suatu kondisi yang benar-benar aseptik dimana alat penunjang serta nutrient dan substrat harus benar-benar steril. Hal ini berarti mikroba kontaminan harus dimatikan. Sterilisasi dilakukan pada suhu 121 oC selama 30 menit, yaitu agar spora atau mikroba dapat dimatikan. Spora adalah sel istirahat yang resisitan terhadap panas dan lingkungan yang berfungsi sebagai tunas untuk berkembang biak selanjutnya. Udara tekan yang digunakan juga harus dalam kondisi steril. Substrat yang berisi nutrien tidak peka terhadap suhu, maka sterilisasi media substrat dilakukan pada 138 oC selama 5 menit. Pada substrat yang berisi nutrien tetapi peka terhadap suhu, maka sterilisasi media substrat dilakukan dengan penyaringan bertekanan melalui saringan milipore diameter 0,22 µm .
Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak bila dibakar. Untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif .

1.2.       Rumusan Masalah.
Dalam makalah ini membahas hanya seputar sifat, kegunaan dan cara dari  bahan-bahan kimia yang sering digunakan dalam sterilisasi.
Dalam makalah ini akan dijelaskan beberapa kelas persenyawaan yang digunakan untuk mengendalikan populasi mikrobe, menguraikan cara kerjanya, serta menunjukkan penerapan praktisnya.

1.3.       Tujuan Penulisan.
Adapun tujuan dari makalah ini diharapkan dapat :
1.      Menambah pengetahuan mahasiswa khususnya dalam melakukan sterilisasisecara benar.
2.      Mengetahui bahan kimia yang digunakan dalam sterilisasi.
3.      Mengaplikasikannya di dalam masyarakat sebagai bentuk perlindungan infeksi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Zat Kimia Untuk Dipakai Mengendalikan Mikroorganisme.
Beribu-ribu zat kimia untuk dipakai mengendalikan mikroorganisme. Penting sekali untuk memahami ciri-ciri pembeda masing-masing zat ini dalam hal mikroorganisme apa saja yang dapat dikendalikan serta bagaimana zat-zat tersebut dipengaruhi oleh lingkungan pakainya. Setiap zat kimia mempunyai keterbatasan dalam keefektifannya. Bila digunakan dalam kondisi praktis, keterbatasan-keterbatasan ini perlu diamati. Lagi pula, tujuan yang dikehendaki dalam pengendalian mikroorganisme tidak selalu sama. Pada beberapa kasus mungkin perlu mematikan semua mikroorganisme (sterilisasi). Sedangkan pada kasus lain mungkin cukup mematikan sebagian besar mikroorganisme tetapi tidak semua (sanitasi). Dengan demikian pemilihan suatu bahan kimia untuk penggunaan praktis dipengaruhi juga oleh hasil antimikrobial yang diharapkan dari padanya.

2.2.   Cara Kerja Zat-Zat Kimia Dalam Menghambat Mikroorganisme.           
Cara kerja zat-zat kimia dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme itu berbeda-beda. Beberapa di antaranya mengubah struktur dinding sel atau membran sel dan yang lain menghambat sintesis komponen-komponen selular yang vital atau yang mengubah keadaan fisik bahan selular.
Pengetahuan mengenai perilaku khusus tentang bagaimana suatu zat kimia menghasilkan efek anti mikrobial itu sangat berguna baik untuk mempertimbangkan kemungkinannya bagi penggunaan praktis maupun untuk mengusulkan perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan untuk merancang bahan-bahan kimia baru.

2.3.   Perkembangan Metode-Metode Baru Untuk Sterilisasi.
Perkembangan produk-produk baru kadang-kadang mengisyaratkan perkembangan metode-metode baru untuk sterilisasinya. Misalnya, alat-alat kedokteran yang terbuat dari plastik tidak dapat disterilkan dengan autoklaf tanpa merusaknya sehingga dikembangkan peralatan komersial yang menggunakan etilenokside. Bahan-bahan kimia baru masih terus-menerus disintesisi dan dievaluasi kemampuan antimikrobialnya dengan harapan dapat menemukan bahan-bahan antimikrobe yang lebih efektif.

2.4.   Teknik Sterilisasi.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
1.      Sterilisai secara mekanik (filtrasi)
Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap panas seperti serum,enzim,toksin kuman,ekstrak sel,dsb.
2.      Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
Ø Pemanasan :
a.    Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b.    Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c.    Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d.   Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf.

Ø Penyinaran dengan UV :
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV.

3.      Sterilisaisi secara kimiawi.
Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun merupakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik.
Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat (hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll.

2.5.    Ciri-Ciri Suatu Disinfektan Yang Ideal.
Tidak ada satupun zat kimia yang terbaik bagi semua tujuan.
Ø Aktivitas antimicrobial.
Memiliki aktivitas antimikrobial dengan spektrum luas.
Ø Kelarutan.
 Dapat larut.
Ø Stabilitas.
Ø Tidak bersifat racun bagi manusia maupun hewan lain.
Ø Keserbasamaan (homogeneity).
Ø Tidak bergabung dengan bahan organic.
Ø Aktivitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh.
Ø Kemampuan untuk menembus.
Ø Tidak menimbulkan karat dan warna.
Ø Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
Ø Berkemampuan sebagai detergen.
Ø Ketersediaan dan biaya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih bahan antimikrobial kimiawi dengan tujuan praktis:
o    Sifat bahan yang akan diberi perlakuan
o    Tipe mikroorganisme.
o    Keadaan lingkungan.

Menurut Lay dan Hastowo (1992), bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pada suhu yang tinggi dapat disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan gas. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain :
1) Alkohol.
ü Daya  kerjanya adalah mengkoagulasi protein
ü Cairan alkohol yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif.
2) Khlor.
ü  Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim.
3) Yodium.
ü  Daya  kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam amino dalam emzim atau protein mikroorganisme.
ü  Antiseptik berbasis iodium tidak tepat bila digunakan pada sterilisasi alat medis atau gigi, karena dapat meninggalkan noda.

4) Formaldehida 8 %.
ü Merupakan  konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar mikroorganisme.
ü Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia.
ü Bahan ini bekerja secara lambat dan memerlukan tingkat kelembaban relative sekitar 70%.
ü Formaldehide biasa dijual dalam bentuk polimer padat paraformaldehide dalam bentuk flakes atau tablet atau dalam bentuk formalin.
5) Glutaraldehide.
ü Bahan  ini bersifat non korosif dan bekerja lebih cepat daripada formaldehid, hanya diperlukan beberapa jam untuk membunuh bakteri.
ü Bahan ini aktif melawan bakteri vegetatif, spora, jamur, virus yang mengandung lipid maupun yang tidak.
6) Gas etilen oksida.
ü  Gas  ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari plastik.
7) Natrium diklorososianurat.
ü  Bahan  ini berbentuk bubuk, berisi 60% klor.
ü  Diterapkan pada tumpahan darah atau cairan yang bersifat memiliki bahaya biologi lain selama 10 menit baru kemudian dilanjutkan dengan pembersihan yang lebih lanjut.
8) Kloramina.
ü  Bahan ini dapat digunakan untuk membasmi kuman air pada minuman.
ü Ketika digunakan pada konsentrasi akhir dengan hanya mengandung 1-2 mg/L klor.
9) Klor dioksida.
ü  Bahan  ini adalah sebuah germisida kuat dan bekerja secara cepat.
ü  Bahan aktif ini didapat dengan cara mereaksikan asam klorida dengan natrium hipoklorit.
10) Senyawa fenolik.
ü  Senyawa  ini aktif melawan bakteri vegetatif dan virus lipid, namun tidak aktif dalam melawan spora.
ü  Senyawa ini biasanya berupa Triklosan dan Klorosilenol yang biasa digunakan sebagai antiseptic.
11) Senyawa Amonium Kuartener.
ü  Banyak  digunakan sebagai campuran dan juga dikombinasikan dengan germisida lain, seperti alkohol.
12) Hidrogen peroksida dan peracis.
ü  Merupakan  oksidan kuat dan germisida efektif yang berspektrum luas.
ü  Bahan ini dinilai lebih aman bagi manusia dan lingkunagn daripada klor.

2.6.      Kelompok-Kelompok Utama Bahan Antimikrobial Kimiawi.
1.      Fenol dan persenyawaan fenolat.
Fenol (asam karbolat), yang digunakan untuk pertama kalinya oleh Lister sekitar tahun 1860-an di dalam pekerjaannya untuk mengembangkan teknik-teknik pembedahan aseptik, telah lama merupakan standar pembanding bagi desinfektan lain untuk mengevaluasi aktivitas bakterisidanya. Pada masa kini telah tersedia banyak desinfektan lain jauh.
2.      Alkohol.
Sterilisasi dengan bahan kimia digunakan alkohol 70 %. Menurut Gupte (1990), etil alkohol sangan efektif pada kadar 70 % daripada 100 % dan ini tidak membunuh spora. Sterilisasi dengan alkohol dilakukan pada proses pembuatan kultur stok dan teknik isolasi. Alkohol 70 % disemprotkan pada tangan praktikan dan alat-alat seperti makropipet dan mikropipet. Menurut Volk dan Wheeler (1988), alkohol bila digunakan pada kulit kontaknya terlalu pendek untuk menimbulkan banyak efek germisida dan alkohol segera menguap karena sifatnya mudah menguap. Namun alkohol dapat menyingkirkan minyak, partikel debu, dan bakteri. Menurut Gupte (1990), alkohol 70 % dapat menyebabkan denaturasi protein dan koagulaasi.
3.      Halogen.
4.      Logam berat dan persenyawaannya.
5.      Deterjen.
6.      Aldehide.
7.      Kemosterilisator gas.

2.7.      Jenis Peralatan Kesehatan Yang Dapat Disterilkan.
            Jenis Peralatan kesehatan yang dapat disterilkan antara lain yaitu :
1.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum dan lain-lain.
2.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia dan lain-lain.
3.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari karet, misalnya, kateter, sarung tangan, pipa penduga lambung, drain dan lain-lain.
4.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari ebonit, misalnya kanule rectum, kanule trachea dan lain-lain.
5.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken), baskom dan lain-lain.
6.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring dan lain-lain.
7.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari plastik, misalnya slang i8nfus dan lain-lain.
8.      Peralatan kesehatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tampon, doek operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain.

Ø  Alat-alat Sterilisasi
Alat-alat sterilisasi meliputi Otoclaf, Oven, Ozonsterilizer, dan Lampu Spritus. Oven merupakan alat sterilisasi dengan menggunakan udara panas kering, dimana oven berfungsi mensterilisasi alat-alat gelas yang tidak bersekala. Perinsip dari oven ini sendiri adalah menghancurkan lisis mikroba menggunakan udara panas kering.
Ozonsterilizer berfungsi mensterilisasikan alat-alat yang tidak bersekala. Ozonsterilizer terdiri atas dua bagian, yakni bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas ozonsterilizer mempunyai prinsip kerja membunuh mikroba menggunakan ozon (O3), dimana ozon dapat merusak mekanisme dari mikroba sehingga sel protein pada mikroba mengalami oksidasi yang mengakibatkan perubahan fungsi dan kematian pada mikroba, dan ozon (O3) itu sendiri bersifat racun. Bagian bawah dari ozonsterilizer (elektra) berfungsi mensterilisasikan medium menggunakan sinar lampu dengan panas tinggi, dimana cara kerjanya hampir sama dengan oven.
Otoclaf berfungsi mensterilisasikan alat-alat bersekala menggunakan uap air panas. Dimana uap air panas akan merusak protein mikroba hingga mengalami koogulasi, pada saat itu protein akan mengendap (denaturasi) dan menyebabkan kematian pada mikroba. Saat penggunaan otoclaf penutupan harus benar-benar rapat agar uap air yang bertekanan tinggi masuk kedalam atau beruduksi ke alat.
Lampu spritus merupakan alat yang digunakan untuk pemijaran serta untuk mensterilisasikan mikroba. Lampu spritus juga mempunyai fungsi lain, yakni mengamankan praktikan pada saat melakukan penanaman medium.

Ø  Alat-alat perhitungan koloni mikroorganisme.
Alat-alat yang tergolong dari alat perhitungan koloni adalah coloni counter dan cawan petri. Coloni counter merupakan alat yang berfungsi sebagai penghitung jumlah mikroba pada cawan petri menggunakan sinar dan luv. Perhitungan mikroba dapat dilakukan dengan perbesaran menggunakan luv atau dengan menandai beberapa koloni yang terdapat pada cawan petri menggunakan bulpoint yang terdapat pada coloni counter dan juga menggunakan tombol check.
Cawan petri berfungsi sebagai tempat pertumbuhan mikroba secara kuantitatif dan sebagai tempat pengujian sampel.

Ø  Alat lainnya
Mikroskop berfungsi sebagai alat bantu untuk melihat mikroorganisme yang tak dapat dilihat oleh mata. Cara penggunaan mikroskop adalah dengan membelakangi bagian belakang mikroskop. Mikroskop yang digunakan antara lain elektron, mikroskop cahaya, dan mikroskop kemera. Mikroskop cahaya (Monokoler) berfungsi untuk melihat objek dengan bantuan cahaya. Mikroskop ini digunakan dengan satu mata, sehingga bayangan yang terlihat hanya memilki panjang dan lebar, dan memberikan gambaran mengenai tingginya. Prinsip kerja dari mikroskop ini adalah dengan memantulkan cahaya melalui cermin, lalu diteruskan hingga lensa objektif. Di lensa objektif bayangan yang dihasilkan adalah maya, terbalik dan diperbesar. Kemudian bayangan akan diteruskan dan menghasilkan bayangan tegak, nyata dan diperbesar oleh mata pengamat. Semakin banyak cahaya yang dipantulkan melalui cermin, maka akan semakin terang pula mikroorganisme yang dilihat. Mikroskop ini memiliki pembasaran objektif (10x dan 40x) serta pembesaran okuler (10x). Mikroskop elektron (Biokuler) berfungsi untuk melihat objek dengan bantuan elektron atau cahaya lampu. terdiri atas empat lensa objektif dengan empat pembesaran, 10x, 25x, 40x dan 100x. Saat pengunaan menggunakan pembesaran 100x, ditambahkan minyak emersi di atas gelas objek. Tujuannya adalah untuk mengurangi sudut bias akibat banyaknya cahaya yang dipantulkan. Tanpa minyak emersi, maka objek yang akan diteliti, tidak akan terllihat. Mikroskop ini digunakan saat melihat struktur dan melakukan pewarnaan bakteri. Mikroskop kamera (Triokuler) berfungsi sebagai pengambil gambar (objek). Lensa okuler yang terdapat dalam mikroskop ini sejumlah tiga lensa okuler. Mikroskop ini dapat mengambil gambar dari preparat. Maka dari itu, mikroskop ini hanya akan digunakan bila ingin mengambil gambar objek yang akan diamati. Prinsip kerjanya sama seperti mikroskop cahaya, hanya ada sedikit perbedaan dalam mengoperasikannya.
Centrifuge merupakan alat yang berfungsi sebagai pemisah zat dalam cairan yang diduga dapat mengendap dengan cara pemutaran menggunakan kekuatan rotasi. Dengan pemutaran kecepatan tertentu, zat-zat yang tidak terlarut akan mengendap. Satuaan yang digunakan pada centrifuge adalah Rpm (Rotation per meter). Perinsip kerja dari alat ini adalah zat yang akan dipisahkan dimasukkan kedalam tabung yang terdapat pada centrifuge, kemudian menutup lubang pada centrifuge agar udar yang masuk tidak mempengaruhi zat yang akan dipisah. Setelah itu tentukan waktu dan rotasi putaran yang diinginkan, dengan memutar tombol Timer dan Rotation.
Sepektrometri adalah alat yang berfungsi untuk mengukur kepekatan dalam larutan menggunakan cahaya. Prinsip kerja alat ini adalah membiaskan cahaya kedalam kupet yang berisi sampel (zat), sebagian sinar akan ada yang diteruskan dan sebagian lagi akan diserap. Saat pemasangan kupet ke dalam sepektometri tidak boleh menggunakan tangan, karena minyak yang terdapat pada tangan akan menempel pada kupet dan mempengaruhi hasil akhirnya.
Pipet volume adalah alat yang berfungsi sebagai pengambil larutan atau sampel sesuai dengan jumlah yang kita tentukan. Pipet gondok berfungsi sama seperti pipet volum, hanya saja pengambilan larutan sudah ditentukan. Cara sterilisasinya menggunakan otoklaf.
Lumpang dan Alu berfungsi sebagai tempat menggerus bahan yang akan diuji, disterilisasi dengan cara dimasukkan alkohol 70%, lalu dimasukkan api sampai padam. Objek gelas digunakan dalam meneliti kapang dan cover glass berfungsi melindungi sampel.
Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat media pertumbuhan mikroba alam bentuk media tegak atau miring yang disumbat dengan kapas, dibulatkan lalu disterilkan dengan kapas berada tetap di atasnya dan diikat, sedangkan rak tabung sebagai tempat untuk meletakkan tabung reaksi.
Tabung Durham berfungsi untuk menangkap gas O2 yang dihasilkan dari hasil fermentasi mikroorganisme biasa digunakan dalam medium cair. Cara sterilisasinya menggunakan alat otoklaf.
Ose berfungsi untuk mengambil dan menggores MO, terdiri dari ose lurus untuk menanam MO dan ose bulat untuk menggores MO yang biasanya berbentuk zig-zag.
Paper Disk merupakan alat yang terbuat dari kertas saring dan dicelupkan ke dalam cairan antibiotik, disterilisasi dengan oven.
Pinset berfungsi untuk menjepit atau mengambil pencadang, sterilisasinya dapat dilakukan dengan dibakar menggunakan lampu spiritus. Sedangkan pencadang berfungsi untuk melihat daerah hambatan atau zona halo yang diisi dengan antibiotik. Ukurannya yaitu diameter luar = 8 mm, diameter dalam = 6 mm, panjang = 10 mm. Pencadang disterilisasi dengan dimasukkan ke dalam cawan petri lalu dimasukkan ke dalam oven.
Timbangan Analitik berfungsi untuk menimbang bahan kimia. Timbangan ini memiliki batas maksimal penimbangan. Jika melewati batas tersebut, maka ketelitian perhitungan akan berkurang.
Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat untuk melarutkan bahan, menampung larutan, dan tempat untuk mencampurkan bahan lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Alat ini dapat disterilisasikan dengan dibungkus terlebih dahulu dengan kertas saring bagian atasnya lalu dibungkus dengan kertas dan diikat, lalu dimasukkan ke dalam otoklaf.
Labu erlenmeyer berfungsi sebagai tempat penyimpanan medium, memanaskan larutan, dan menampung hasil dari penyaringan. Alat ini dapat disterilisasikan dengan ditutup terlebih dahulu bagian atas dengan kapas, lalu disterilisasi dengan menggunakan otoklaf.
Neraca Ohauss 311 merupakan alat yang digunakan untuk menimbang medium. Pada saat dilakukan penimbangan, digunakan kertas timbang.
Spoid berfungsi untuk mengambil larutan, zat hasil pengukuran, atau zat yang mau diuji. Alat ini dapat disterilisasikan dengan menggunakan otoklaf (uap air bertekanan) dimana sebelum disterilisai dibungkus terlebih dahulu.
Mikrometer skrup berfungsi untuk mengukur tebal dan tipis (diameter) atau luas daerah anti bakteri. Alat ini memiliki dua skala, sehingga memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi dan tidak perlu disterilisasikan.

BAB III
PENUTUP

3.1.   Kesimpulan
Masing-masing bahan disinfektan tersebut mempunyai karakteristik sendiri dan tidak dapat saling mengganti satu sama lain. Karakteristik disinfektan yang ideal yaitu bersprektum luas, membunuh kuman secara cepat, tidak dipengaruhi faktor lingkungan, tidak toksik, tidak korosif atau merusak bahan, tidak berbau, mudah pemakaiaanya, ekonomis, larut dalam air, dan mempunyai efek pembersih.
Sterilisasi dengan kimiawi dapat dilakukan dengan bahan klor, alkohol, yodium, formaldehida 8 %, glutaraldehide dan lain-lain.
Alat-alat Sterilisasi : Ozontsterilizer, Oven, Otoclaf, Lampu spiritus, Alat-alat Perhitungan Koloni Mikroorganisme, Coloni counter.
Alat-alat lainnya : Centrifu, Gelas ukur, Gelas kimia, Labu ukur, Labu erlenmeyer, Lumpan dan alu, Neraca ohauss, Pipet volume, Pipet gondok, Mikropipet, Mukrometr skrub, Pinset, Spoid, Glass objek, Cover glass, Inkubator, Kulkas, Tabung reaksi,Tabung durham, Ose lurus, Ose bulat, Peperdisk.
Timbangan analitik : Spektrofotometri, Pencadang, Mikroskop cahaya, Mikroskop elektron, Mikroskop kamera

3.2.   Saran
Sebelum melakukan sterilisasi dengan kimiawi perlu dikaji terlebih dahulu benda yang akan di sterilisasi. Setelah itu pilih bahan yang efektif sesuai dengan tujuan sterilisasi. Saat memegang alat sebaiknya praktikan menggunakan handspon, agar dipastikan alat benar-benar steril.



DAFTAR PUSTAKA

Pelczar,M.J, E.C.S. Chan. 1988. “Dasar-Dasar Mikrobiologi”. Jilid 2. Jakarta :
Universitas Indonesia (UI- Press).
Anonim, 1995 Farmakope Indonesia, IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Fardiaz, Srikandi. 1992. ikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.
Lay, B. W. dan Hastowo. 1982.Mikrobiologi. Rajawali Press Jakarta.
Hadioetomo, R.S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. PT.Gramedia.Jakarta.
Volk, W.A. dan Wheeler, M.F. 1988. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta




Selengkapnya Klik : DOWNLOAD