Makalah Perilaku Menyimpang - OFO

Halaman

    Social Items

Makalah Perilaku Menyimpang

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perilaku Menyimpang”. Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang bahayanya Perilaku Menyimpang. Dalam penyelesaian makalah ini penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak / berbagai sumber. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini baik itu kepada orang-orang yang telah mendukung pembuatan makalah ini maupun teman sejawat.
Terakhir penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak ditemukan kesalahan baik dari segi pembahasan maupun dalam penerapan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga berguna bagi pihak yang memerlukan.



                                                                                                   Padang,    Februari 2011

                                                                                                                   Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………..
BAB I     PENDAHULUAN………………………………………………………………
A.    Latar Belakang………………………………………………………………………….
B.     Ruang Ling.kup…………………………………………………………………………
C.     Tujuan………………………………………………………………………………….

BAB II    PEMBAHASAN………………………………………………………………..
2.1  Pengertian Tingkah Laku Menyimpang………………………………………………….
2.2  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Menyimpang……………………….
2.3  Pengaruh Tingkah Laku Menyimpang Terhadap Prestasi Belajar Siswa………………
2.4  Usaha Untuk Menanggulangi Tingkah Laku Menyimpang

BAB III  PENUTUP……………………………………………………………………….
3.1  Kesimpulan……………………………………………………………………………..
3.2  Saran…………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada saat ini, bangsa Indonesia telah dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang sangat kompleks baik secara internal maupun eksternal. Barangkali dapat kita bayangkan seandainya bangsa ini dipimpin oleh generasi muda atau anak bangsa yang bodoh, malas, tidak bermoral, dan sifat yang tidak terpuji, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang terbelakang, jauh tertinggal dari negara-negara lainnya.
Anak didik dipandang sebagai generasi yang belum matang dan dewasa. Untuk itu perlu dibina dan dididik secara mental sehingga watak anak didik dapat berkembang dengan baik. Sesuai dengan yang diharapkan menurut psikologi Prof. Slamet Santoso “Pembinaan watak adalah tugas utama pendidikan” berupa pikiran dan tindakan yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang terlihat setiap harinya, dengan kata lain watak yang baik adalah cermin dari sikap dan perilaku yang menunjang tinggi nilai-nilai mental. Sebagai pengganti generasi tua, dan penerima estafet kepemimpinan dimasa datang, para siswa perlu dibina dan dididik karena masa depan bangsa ini ditentukan oleh sejauh mana kualitas para generasinya, baik secara moral maupun keprofesionalannya dalam memimpin bangsa ini pada suatu saat ini.
Adapun yang berkepedulian di dalam membina dan mendidik generasi muda adalah keluarga, skeolah, masyarakat dan pemerintah. Yang jelas didalam membina anak didik harus dilakukan secara terpadu dan seirama. Sehingga pendidikan / pembinaan yang dialami oleh anak didik di lingkungan keluarga, juga harus sama dengan yang dialami oleh sekolah dan masyarakat.
Tidak ada orang yang menginginkan putra-putrinya menjadi orang yang bodoh, jahat, tidak bermoral dan berwatak tidak baik. Semua orang tua, masyarakat dan pemerintah menginginkan agar para generasi muda mempunyai akhlak yang baik, bermoral, berwatak yang baik, dan pintar. Dengan kata lain antara Imtaq dan Iptek harus seimbang.
Jika terjadi ketimpangan berperilaku maka upaya pembinaan anak didik akan sia-sia. Kenyataan saat ini menunjukkan betapa banyaknya para siswa yang terlibat dalam tingkah laku menyimpang. Watak siswa/siswi saat ini sangat berbeda dengan generasi muda sebelumnya, umumnya generasi sekarang bersifat santai, kurang mandiri, kurang ulet, bersifat (lebih mudah terpengaruh), emosional serta kurangnya rasa nasionalisme, hal ini dapat kita lihat dari kecendrungan setiap hari baik pelajar maupun pemuda yang kerap melakukan kebrutalan.
Jika kita membaca dan mendengar berita dari berbagai media mas media baik cetak maupun elektronik, tidak jarang kita dengar dan lihat berbagai macam kasus kekerasan yang dilakukan oleh siswa / siswi terhadap sesamanya. Masyarakat sekitar, orang tua dan gurunya sendiri. Antara lain perkelahian pada makalah ini lebih mengkhususkan perilaku menyimpang pada lingkungan sekolah dengan teman sebaya, menyontek / tidak jujur, suka melawan, tidak patuh pada peraturan sekolah, bolos / cabut, malas mengerjakan tugas sekolah.
Kesemuanya diakibatkan semakin lemahnya pengawasan orang tua, guru, dan masuyarakat. Akibat kesibukan, ketidaktahuan atau mungkin ketidak pedulian terhadap kegiatan yang dilakukan oleh anak didik.

B.     Ruang Lingkup
Berdasarkan uraian yang penulis paparkan pada pendahuluan diatas, maka pada makalah ini penulis akan membahas tentang :
a)      Pengertian tingkah laku menyimpang.
b)      Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku menyimpang.
c)      Pengaruh tingkah laku menyimpang terhadap prestasi belajar.
d)     Usaha untuk menanggulangi tingkah laku menyimpang.

C.    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar orang tua mampu untuk menjadi orang tua yang baik dalam hal mengarahkan atau membina anak kearah yang lebih baik, khususnya pada anak yang akan menginjak masa remaja. Selain itu agar kita mengetahui dan memahami faktor-faktor yang menyebabkan dan cara penanggulangan tingkah laku menyimpang.
Disamping itu makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata pelajaran “Bahasa Indonesia”.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Tingkah Laku Menyimpang
Tingkah laku seseorang dapat dikatakan menyimpang bilamana tingkah laku tersebut dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain dan juga melanggar aturan-aturan, nilai-nilai, dan norma-norma, baik norma agama, norma hukum, norma adat. Tingkah laku menyimpang dapat terjadi dimana-mana, dan kapan saja, baik di sekolah, dalam keluarga maupun dalam kehidupan di masyarakat.
Menurut Andi Mappiare (1982) tingkah laku menyimpang dapat juga disebut sebagai “tingkah laku bermasalah”. Arti tingkah laku bermasalah yang masih dianggap wajar yang dialami oleh anak didik yaitu : tingkah laku yang masih dalam batas ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat adanya perubahan secara fisik maupun psikis serta masih dapat diterima sepanjang tidak merugikan dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya.
Menurut Dr. Saparina Sadli tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku yang keluar dari norma-norma sosial. Pendapat ini tentunya dari persepsi sosial, karena cap terhadap suatu tingkah laku menyimpang ditentukan oleh norma-norma yang dianut oleh masyarakat dimana anak hidup dan berkembang.
Selanjutnya Cohen (1969), yang dikutip oleh Dr. Saparina Sadli memberikan defenisi tentang tingkah laku menyimpang. Menurut beliau, tingkah laku menyimpang adalah tingkah laku yang melanggar, bertentangan atau atau menyimpang dari aturan-aturan normatif, dari pengertian-pengertian normatif maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan.
Dalam hal ini dibedakan antara apa yang dilakukan seseorang dengan bagaimana tingkah laku itu didefenisikan dengan dikategorikan sebagai tingkah laku menyimpang oleh sesama anggota masyarakat di lingkungannya. Perkelahian antara anak didik dianggap sebagai tingkah laku menyimpang dan hal ini merupakan atribut yang diberikan oleh masyarakat terhadap segala sesuatu yang menyimpang dari aturan normatif namun perkelahian antar siswa / siswi ini yang dianggap salah oleh masyarakat belum tentu diterima begitu saja oleh anak didik, karena mungkin saja melakukan perkelahian itu atas dasar mempertahankan pendapat yang mereka anggap benar.
Apalagi jika atribut itu diberikan oleh lingkungan masyarakat yang otoriter dan hanya ingin menang sendiri. Dalam masyarakat seperti ini komunikasi hanya terjadi satu arah saja, yaitu dari atas ke bawah, dari guru ke anak didik yang berupa perintah, celaan, makian, bahkan ancaman tapa disertai dengan bimbingan, arahan dan contoh teladan yang dapat mereka tiru dan pedomani.
Mengenai masalah tingkah laku menyimpang dewasa ini sudah menjadi program pemerintah untuk menanggulanginya. Hal ini sudah terbukti sejak tahun 1971. Pemerintah telah menaruh perhatian yang serius dengan dikeluarkannya bakolak Inpres No. 6 / 1971 pedoman 8, tentang Penanggulangan tingkah laku menyimpang pada anak didik. Didalam pedoman ini diungkapkan mengenai pengertian tingkah laku, perbuatan atau tindakan yang bersifat asosial, bahkan anti sosial yang melanggar norma sosial, agama, serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Menurut Dr. Kusumanto “Tingkah laku menyimpang” adalah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai akseptabel dan baik oleh suatu  lingkungan atau hukum yang berlaku di suatu masyarakat yang berkebudayaan.
Secara sosiologi menurut Dr. Fuad Hassan “Tingkah laku menyimpang” adalah perbuatan atau kelakuan anti sosial dan anti normatif.
Dari beberapa defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa “tingkah laku menyimpang” adalah suatu tindakan perbuatan yang bertentangan dengan hukum, agama, dan norma-norma masyarakat sehingga akibatnya dapat merugikan orang lain, mengganggu ketentuan umum dan juga merusak dirinya sendiri.

2.2  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Menyimpang
Faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dinamai motivasi. Tingkah laku tidak disebabkan oleh satu motivasi saja melainkan berbagai motivasi kita ambil contoh, anak nakal mungkin disebabkan ingin balas dendam terhadap orang tua, karena orang tua, terlalu otoriter atau kejam.
Orang tua yang tidak pernah memberikan kasih sayang dan perhatian, atau orang tua yang tidak adil terhadap sesama anak-anaknya. Mungkin juga kenakalan itu karena tidak mearsa bebas dan betah di rumah. Lalu mencari kebebasan dan kebetahan di luar rumah dengan berbagai kelakuan yang mungkin menarik perhatian orang lain dan menyakitkan hati masyarakat.
Berhubung banyaknya faktor yang mempengaruhi tingkah laku menyimpang tersebut maka penulis akan membahas dari beberapa sudut, yaitu :
a)      Faktor dari dalam diri anak itu sendiri.
b)      Faktor dari lingkungan keluarga.
c)      Faktor dari masyarakat.
d)     Faktor yang berasal dari sekolah.

a)      Faktor dari Dalam Diri Anak Sendiri
Adapun faktor yang berasal dari dalam diri anak sendiri, yaitu :
·         Predisposing factor : yaitu faktor kelainan yang dibawa sejak lahir, seperti : cacat keturunan fisik maupun psikis.
·         Tingkah laku menyimpang yang mendapat penguatan lingkungan.
·         Lemahnya kemampuan pengawasan diri terhadap lingkungannya.
·         Kurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri.
·         Kurang sekali dasar-dasar keagamaan didalam diri, sehingga sukar mengukur norma-norma luar atau memilih norma yang baik di lingkungan masyarakat.
·         Mempunyai masalah yang tidak terpecahkan.
·         Potensi kecerdasannya rendah, sehingga tidak mampu memenuhi tuntutan akademik sebagaimana yang diharapkan akibatnya mengalami frustasi, konflik batin dan rendah diri.
·         Tidak menemukan model atau figur yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

b)     Faktor dari Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab tingkah laku menyimpang pada remaja. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang pertama sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu dan hubungan anak dengan keluarga yang lain. Keadaan keluarga yang besar jumlahnya berbeda dengan keluarga yang kecil. Oleh karena itu faktor yang mempengaruhi dari lingkungan keluarga adalah :
·         Anak kurang mendapatkan kasih sayang dan perhatian orang tua, sehingga hal yang amat dibutuhkannya terpaksa ia cari dari luar rumah.
·         Lemahnya keadaan ekonomi orang tua, yang menyebabkan tidak mampu mencukupi kebutuhan anak-anaknya, terutama sekali pada remaja yang penuh dengan keinginan-keinginannya, keindahan-keindahan dan cita-cita.
·         Kehidupan keluarga yang tidak harmonis, keluarga yang harmonis adalah apabila struktur keluarga itu utuh dan interaksi diantara anggota keluarga berjalan dengan baik.
·         Orang tua yang bersifat otoriter dalam mendidik anak.
·         Tuntutan orang tua terlalu tinggi atau tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak.
·         Kehadiran anak dalam keluarga tidak diinginkan, sehingga orang tua tidak menyayanginya.
·         Anak diperlukan seperti anak kecil oleh orang tuanya atau orang dewasa lainnya, sehingga mereka tidak dapat mandiri dan tidak bebas dalam mengemukakan pendapatnya sendiri sesuai dengan kemauan dan potensi yang ada pada diri si anak.

c)      Faktor dari Masyarakat
Adapun faktor yang mempengaruhi dari masyarakat adalah :
1.      Kurangnya pelaksanaan ajaran-ajaran agama secara konsekwen.
2.      Masyarakat yang kurang memperoleh pendidikan, hal ini sebagian besar disebabkan karena bangsa kita sudah amat lama dijajah.
3.      Kurangnya pengawasan terhadap anak didik, sebagian anak didik beranggapan bahwa orang tua dan guru terlalu dekat sehingga tidak memberi kebebasan baginya. Sebagian lagi mengatakan bahwa orang tua mereka dan bahkan guru tidak pernah memberikan pengawasan terhadap tingkah laku mereka sehingga menimbulkan kenakalan.
4.      Pengaruh norma-norma baru dari luar. Kebanyakan anggota masyarakat beranggapan bahwa setiap norma yang baru datang dari luar, itulah yang benar. Masyarakat mudah menerima norma-norma baru itu dan hanya sedikit memfilternya.
5.      Adanya contoh atau model lingkungan masyarakat yang kurang menguntungkan bagi perkembangan anak didiknya, misalnya main judi, minuman keras, kekerasan dan sebagainya.
6.      Media cetak atau media elektronik yang beredar secara bebas sebenarnya belum layak buat anak didik yang masih belum tau apa-apa, misalnya berupa gambar porno, cerita porno dan cabul.

d)     Faktor Yang Berasal dari Sekolah
1.      Adapun faktor yang berasal dari sekolah adalah tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi dan terlalu rendah dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak yang bersangkutan.
2.      Longgarnya disiplin sekolah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran peraturan yang ada. Sarana dan prasarana sekolah kurang memadai, akibatnya aktivitas anak sangat terbatas. Hal ini menimbulkan perasaan tidak puas bagi anak dan memicu terjadinya perilaku menyimpang.
3.      Ekonomi guru merupakan sumber terganggunya pendidikan murid-murid. Jika keadaan ekonomi guru morat marit tentu ia berusaha untuk mencukupi biaya hidupnya diluar sekolah dengan kata lain guru kurang bertanggung jawab terhadap siswanya.
4.      Norma-norma pendidikan dan kekompakan guru di dalam mengatur anak didik perlu norma-norma yang sama bagi setiap guru dan norma tersebut harus dimengerti oleh anak didik. Jika diantara guru terdapat perbedaan norma dalam mendidik, hal ini merupakan sumber timbulnya kenakalan anak-anak atau perilaku menyimpang sebab guru tidak kompak dalam menentukan aturan dan teknik mengarahkan.


2.3  Pengaruh Tingkah Laku Menyimpang Terhadap Prestasi Belajar
Perkembangan anak didik menuru masa remaja dan masa dewasa tidaklah berjalan lancar, akan tetapi banyak mengalami rintangan. Besar kecilnya rintangan itu ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dari lingkungan sekolah baik di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat dimana anak itu hidup dan berkembang. Jika pembinaan anak diwaktu kecil berjalan dengan baik, berarti anak selalu mendapat kepuasan baik secara emosional maupun kepuasan fisik, persoalan dalam penyesuaian dirinya terhadap lingkungan dan juga persoalan mereka dalam menghadapi perkembangan berjalan dan sukses maka fase selanjutnya akan lebih mudah. Berhasil tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya, terutama terhadap penyelesaian dirinya didalam masayarakat.
Sebaliknya jika pembinaan anak diwaktu kecil berjalan dengan baik, berarti anak selalu endapatkan ketidak puasan baik secara emosional maupun kepuasan fisik. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya tingkah laku menyimpang. Tingkah laku yang menyimpang ini jika tidak ditanggulangi sedini mungkin akan berpengaruh sekali terhadap perkembangan si individu berikutnya bahkan sangat berpengaruh sekali terhadap prestasi yang akan dicapainya baik dilingkungan masayarakat, keluarga maupun di sekolah.
Mengenai prestasinya di sekolah akan sangat mempengaruhi hasilnya karena minat dan perhatian anak terhadap pelajaran sangatlah minim. Pada saat ini anak didik memusatkan perhatiannya kepada hal-hal apa saja yang dapat membuat hatinya senang dan tentram. Si anak didik semakin dekat dengan teman-temannya yang tidak memikirkan prestasi belajar, bahkan cendrung membawa mereka keperbuatan-perbuatan yang dilarang oleh nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.

2.4  Usaha Untuk Menanggulangi Tingkah Laku Menyimpang
Penyimpangan tingkah laku siswa hendaknya hanya merugikan dirinya sendiri, masa depannya akan tetapi juga mengganggu orang lain dan menghancurkan harapan orang tua, sekolah dan bangsa. Oleh karena itu diperlukan adanya tindakan nyata dari berbagai pihak untuk menanggulanginya. Usaha itu dapat bersifat : pencegahan (preventif), pengentasan (creative) dan pembinaan (corektive).
a.      Usaha Preventif
Usaha preventif adalah : usaha yang dilakukan secara sistematis, berencana dan terarah kepada tujuan untuk menjaga agar tingkah laku menyimpang itu tidak timbul. Usaha preventif lebih besar manfaatnya dari pada usaha kuraktif. Berbagai usaha preventif dapat dilakukan yaitu :
·         Usaha di Rumah Tangga (Keluarga)
-          Menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama. Artinya membuat suasana rumah tangga atau keluarga menjadi kehidupan yang taat dan bertaqwa kepada Allah di dalam kegiatan sehari-hari.
-          Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis dimana keluarga, ayah, ibu, dan anak tidak terdapat pertentangan atau percekcokan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan memberikan waktu luang nuntuk berkumpul bersama dengan anak-anak terutama diwaktu makan bersama.
-          Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu dan keluarga lainnya di rumah tangga dalam soal mengatur anak.
-          Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak. Tetapi janganpula kasih sayang ibu berlebihan karena akan berakibat pada anak-anak menjadi manja.
-          Memberikan kasih sayang cukup terhadap kebutuhan anak-anak. Dalam hal ini berarti menumbuhkan kewibawaan pada orang tua akan menimbulkan sikap penurutan yang wajar pada anak.
-          Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak dilingkungan masyarakat.

·         Usaha di Sekolah
-          Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid dengan memiliki ilmu-ilmu tertentu antara lain : psikologi perkembangan, bimbingan dan penyuluhan, serta ilmu mengajar.
-          Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru agama yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guru-guru umum lainnya.
-          Mengintensifkan bagian bimbingan dan penyuluhan disekolah dengan jalan mengadakan tenaga ahli atau mengantar guru-guru untuk mengolah bagian ini.
-          Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru. Hal ini akan menimbulkan kekompakan dalam membimbing murid-murid.
-          Melengkapi fasilitas pendidikan.
-          Perbaikan ekonomi guru yaitu menyelaraskan gaji guru dengan kebutuhan hidup sehari-hari.

·         Usaha di Masyarakat
Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga sesudah rumah dan sekolah ketiganya haruslah mempunyai keseragaman dalam mengarahkan anak untuk tercapainya tujuan pendidikan. Apabila salah satu pincang maka yang lain akan turut pincang pula.

b.      Usaha Kuratif
Usaha kuratif adalah usaha pencegahan terhadap gejala-gejala tingkah laku menyimpang tersebut, agar kenakalan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat. Usaha kreatif secara formal dilakukan oleh Polri dan kejaksaan negeri. Sebab jika terjadi surat kenakalan berarti sudah terjadi suatu pelanggaran hukum yang dapat berakibat merugikan diri mereka dan masyarakat.

c.       Usaha Pembinaan
Usaha pembinaan yang dimaksud adalah :
·         Pembinaan terhadap anak didik yang tidak melakukan kenakalan. Pada hal ini dilaksanakan pembinaan dirumah, sekolah dan masyarakat.
·         Pembinaan terhadap anak didik yang telah mengalami tingkah laku menyimpang yang telah menjalani suatu hukuman karena kenakalannya. Hal ini perlu dibina agar mereka tidak mengulangi lagi kenakalan tersebut.
Pengalaman dapat diarahkan dalam beberapa aspek yaitu :
·         Pembinaan mental dan kepribadian beragama.
·         Pembinaan mental ideologi negara yaitu Pancasila
·         Pembinaan kepribadian yang wajar untuk mencapai pribadi yang stabil.
·         Pembinaan ilmu pengetahuan.


BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Tingkah laku menyimpang merupakan tingkah laku yang melanggar hukum, peraturan dan nilai yang berlaku di masyarakat yang dijunjung tinggi, sehingga menimbulkan kehancuran bagi kehidupan remaja itu sendiri, orang lain dan lingkungan alam sekitarnya.
Penyebab tingkah laku menyimpang adalah : gangguan psikologi atau kepribadian seperti : tidak merasa puas dengan kehidupan dirinya sendiri karena potensi psikis maupun fisik yang tidak tersalurkan, nilai atau filsafat hidup yang salah dan mengalami gangguan emosi karena berbagai sebab.

3.2  Saran
Sebagai orang tua dan guru, kita harus mampu untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak didik dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut, walaupun tidak sepenuhnya. Untuk mengatasi tingkah laku remaja yang menyimpang adalah dengan memperbaiki kepribadian anak itu sendiri, dan memuaskan kebutuhan perkembangannya (kebutuhan mendapatkan status, berprestasi, mandiri, diakrabi dan filsafat hidup). Disamping itu harus diberikan model tingkah laku yang diharapkan, menghargai anak yang bertingkah laku yang diharapkan memberi tahu cara-cara bertingkah laku yang sesuai jika mereka melakukan tingkah laku menyimpang.


DAFTAR PUSTAKA

Elida Prayitno. 2002. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : UNP Padang.
Mulyono, Bambang. 2002. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Jakarta : Kanisius.
S. Wilis, Sofyan. 2002. Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung : Angkasa.
Tim Suryabrata Somedi. 1982. Psikologi Belajar. Depdikbud.
MKDK. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Padang : UNP Padang.

O �H o 8� @M : inherit; font-size: inherit; font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; line-height: inherit; vertical-align: baseline;">·         Pembinaan mental dan kepribadian beragama.
·         Pembinaan mental ideologi negara yaitu Pancasila
·         Pembinaan kepribadian yang wajar untuk mencapai pribadi yang stabil.
·         Pembinaan ilmu pengetahuan.
·         Pengembangan bakat-bakat khusus.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Tingkah laku menyimpang merupakan tingkah laku yang melanggar hukum, peraturan dan nilai yang berlaku di masyarakat yang dijunjung tinggi, sehingga menimbulkan kehancuran bagi kehidupan remaja itu sendiri, orang lain dan lingkungan alam sekitarnya.
Penyebab tingkah laku menyimpang adalah : gangguan psikologi atau kepribadian seperti : tidak merasa puas dengan kehidupan dirinya sendiri karena potensi psikis maupun fisik yang tidak tersalurkan, nilai atau filsafat hidup yang salah dan mengalami gangguan emosi karena berbagai sebab.

3.2  Saran
Sebagai orang tua dan guru, kita harus mampu untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan anak didik dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut, walaupun tidak sepenuhnya. Untuk mengatasi tingkah laku remaja yang menyimpang adalah dengan memperbaiki kepribadian anak itu sendiri, dan memuaskan kebutuhan perkembangannya (kebutuhan mendapatkan status, berprestasi, mandiri, diakrabi dan filsafat hidup). Disamping itu harus diberikan model tingkah laku yang diharapkan, menghargai anak yang bertingkah laku yang diharapkan memberi tahu cara-cara bertingkah laku yang sesuai jika mereka melakukan tingkah laku menyimpang.
DAFTAR PUSTAKA

Elida Prayitno. 2002. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : UNP Padang.
Mulyono, Bambang. 2002. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya. Jakarta : Kanisius.

S. Wilis, Sofyan. 2002. Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung : Angkasa.

Tim Suryabrata Somedi. 1982. Psikologi Belajar. Depdikbud.

MKDK. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Padang : UNP Padang.






selengkapnya klik disini : DOWNLOAD